Selat Muria Ramai Diperbincangkan di Tengah Banjir Demak, Ada Apa?

Selat Muria Ramai Diperbincangkan di Tengah Banjir Demak, Ada Apa?

Selat Muria Ramai Diperbincangkan di Tengah Banjir Demak, Ada Apa?--

RADARUTARA.ID- Bencana alam banjir yang terjadi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah semakin parah pada hari Selasa 19 Maret 2024. Sangking dahsyatnya banjir yang terjadi, jalan protokol mendadak berubah menjadi aliran sungai, diantaranya seperti kondisi yang terjadi kepada jalan Sultan Fatah dengan genangan air terdalam mencapai 50 Cm. 

Di sisi lain, Alun-alun Kabupaten Demak juga ikut tenggelam akibat banjir dengan ketinggian mencapai lutut orang dewasa.  

Salah seorang warga Demak, Agus Priyono, 46 tahun mengungkapkan, bahwa air masuk ke Alun-alun Demak sejak dua hari terakhir. Dalam ingatan Agus, kala itu banjir terakhir sampai di Alun-alun Demak pada tahun 1992.

"Banjir bandang dulu antara 92 atau 93 itu, tapi tidak separah ini. Justru sekarang ini lebih parah kan menyeluruh di kota," ujar Agus Priyono seperti dikutip KOMPAS.com.

BACA JUGA:Surya Paloh: Kenapa Tempua Bersarang Rendah

Namun ditengah parahnya banjir di Demak, ini tiba-tiba saja nama Selat Muria adalah selat yang dulunya pernah ada dan menghubungkan Pulau Jawa dan Pulai Muria. Dulunya, selat ini bagian dari daerah perdagangan yang ramai, dengan kota-kota perdagangan seperti Demak, Jepara, Pati dan Juwana.   

Berikut ini sejarah Selat Muria selengkapnya.

Selat Muria adalah wilayah perairan yang dahulu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria, ya yang dulu merupakan pulau, sampai abad ke 17.

Dikisahkan, Gunung Muria adalah gunung bertipe stratovolcano yang terletak di pantai utara Jawa Tengah. Akibat endapan fluvio-marin wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Grobogan, Pati dan Rembang. 

BACA JUGA:Baznas Bengkulu Utara Kembali Bantu Rp5 Juta untuk Korban Kebakaran di Desa Sawang Lebar

Dulunya, selat Muria digunakan sebagai jalur transportasi dan perdagangan yang ramai dilalui yang menghubungkan masyarakat Jawa Tengah dengan masyarakat pulau lainnya. 

Pada catatan China, Pulau Miria sudah menjadi kerajaan besar saat Kartikeya Singha memimpin Kalingga. Lalulintas ekonomi dan politik berada di Selat Muria. 

Disebutkan catatan China, yang menggunakan Selat Muria adalah Holing (Kalingga) dan Kerajaan Shepo (ada yang mengatakan Shepo/Sheba adalah Jawa).

Kalingga terletak di Keling, kecamatan di Jepara yang berbatasan dengan Pati. Apabila, Kalingga menggunakan Selat Muria sebagai lalu lintas ekonomi politik, berarti wilayah Pati utara dan Jepara bagian timur adalah pusat kota Kalingga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: