Hadapi Perubahan Iklim, Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes
Hadapi Perubahan Iklim, Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes--
Dampak lainnya adalah perempuan petani kopi mulai mengalami hambatan dalam merawat, memanen dan mengolah hasil panen, memperbesar kerentanan perempuan dan anak petani kopi mengalami kekerasan, dan memperbesar potensi perempuan petani kopi mengalami stress dan depresi.
“Perubahan iklim ini juga berdampak terhadap kehidupan sosial dan budaya. Tradisi gotong royong (ganti hari) yang selama ini dilakukan oleh perempuan petani kopi dalam merawat kebun kopi dan memanen kopi bisa menghilang, dan tradisi menyemang kopi yang dilakukan oleh perempuan juga bisa menghilang,” terang Okta.
Kearifan Lokal Selaras Aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Menilai dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh perempuan petani kopi lebih rentan dibandingkan laki-laki, penyusunan Ranperdes tersebut ditujukan untuk mengembangkan peran dan meningkatkan keberdayaan perempuan petani kopi dalam mengendalikan dan menghadapi perubahan iklim.
Selain itu, Ranperdes tersebut juga ditujukan untuk melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. “Setelah kami kaji, ternyata banyak kearifan lokal yang kami miliki dalam mengelola kebun kopi yang selaras dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Berbagai kearifan lokal tersebut sangat perlu untuk dilestarikan,” ujar Ema.
Berbagai kearifan lokal tersebut antara lain menerapkan pola polikultur dengan menanam pepohonan penghasil buah seperti nangka, alpukat, durian, jengkol, petai, kabau, pala atau lainnya, sayur-mayur dan rempah-rempah, membuat lubang angin, dan membuat penampungan air hujan.
Lalu, tidak membakar rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi, dedaunan dan rerantingan pohon lainnya, memanfaatkan rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi pohon lainnya menjadi mulsa organik, dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
“Dalam Ranperdes yang disusun, kami menyebut kebun kopi yang dikelola dengan menerapkan berbagai kearifan lokal yang selaras dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tersebut dengan istilah kebun kopi tangguh iklim,” ujar Supartina.
Dengan mensyaratkan pengelolaan kebun kopi dengan menerapkan berbagai kearifan lokal tersebut, Ranperdes tersebut juga bertujuan untuk melestarikan tradisi ganti hari dalam pengelolaan kebun kopi dan tradisi menyemang kopi, melestarikan lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati di kebun kopi, dan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, khususnya petani kopi.
Khusus di Desa Batu Ampar, penyusunan Ranperdes tersebut juga bertujuan untuk mendukung program ketahanan pangan dan pariwisata berbasis kebun kopi. “Pengelolaan kebun kopi tangguh iklim diharapkan juga bisa menjadi daya tarik wisata. Tidak hanya menjadi lokasi wisata alam, tetapi juga bisa menjadi lokasi wisata budaya, wisata edukasi dan wisata kuliner,” terang Okta sembari menambahkan perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar berencana akan merintis usaha kedai kopi di kebun kopi tangguh iklim. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: