Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, Ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO

Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, Ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO

Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO--

RADARUTARA.ID- Penurunan harga CPO (crude palm oil) sejak bulan Maret sampai dengan Jumat (05/05), tercatat sebagai penurunan yang paling ekstrim pasca pelarangan ekspor CPO April 2022 lalu. Hal ini nyata saja telah berakibat ambruknya harga tandan buah segar (TBS) petani sawit.

 

Dilansir dari bernagai sumber, dibeberapa provinsi ambruknya harga TBS petani telah mengakibatkan gangguan ekonomi dan sosial. Hal ini berpotensi terimbas kepada situasi Kamtibmas.

Pekerja harian di kebun petani swadaya khususnya, sudah mulai meninggalkan kebun tempat mencari nafkah untuk keluarganya, karena dari informasi yang didapat bahwa pemilik kebun sudah tidak sanggup lagi mengupah tukang panen dan perawatan kebun.

BACA JUGA:Harga Sawit Terus Merosot, Pekan Ini Harga Tertinggi Tembus Rp 1.750/Kg, Begini Penjelasan Perusahaan

Dan fenomena, ini telah mengakibatkan media sosial Ramai seperti di TikTok, WhatsApp Group, Facebook, Twitter dan lainnya. Komentar silih berganti, pertanyaan dan pernyataan, baik yang arahnya kepada pengambil kebijakan maupun kepada korporasi sawit yang selama ini menjadi pembeli tunggal TBS Petani sawit.

Eddy Martono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, turunnya harga crude palm oil (CPO) di kuartal I 2023 disebabkan oleh permintaan yang agak melemah dan suplai minyak nabati lain cukup bagus.

“Jadi sangat berhubungan dengan supply and demand, produktivitas dan harga minyak nabati lainnya selain sawit” lanjutnya sebagaimana dikutip dari kontan.co.id ( 4/5).

Ia memproyeksikan, harga CPO akan kembali bangkit. Bahkan di akhir tahun, GAPKI menilai harga CPO dimungkinkan kembali menguat walau tidak seperti di kuartal I 2022. 

BACA JUGA:Jokowi Tunjuk Luhut Pimpin Satgas Tata Kelola Sawit

Mengutip laporan GAPKI, total produksi CPO sepanjang Januari-Maret 2022 sebanyak 11,15 juta ton. Adapun produksi crude palm kernel oil (CPKO) pada periode sama sebesar 1,06 juta ton sehingga total produksi 12,2 juta ton.

Total produksi itu mengalami kenaikan dari kuartal Januari-Maret 2021 yang mencapai 11,15 juta ton.

 

Lebih lanjut dari laporan GAPKI, diketahui bahwa total volume ekspor juga menurun menjadi 2,91 juta ton pada Februari 2023 dari 2,94 juta ton pada Januari. Meski demikian, nilai ekspor mengalami kenaikan menjadi US$ 2,687 miliar pada Februari 2023 dari US$ 2,605 miliar pada Januari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: