Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, Ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO

Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, Ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO

Soal Harga CPO dan TBS Anjlok, ini Penjelasan GAPKI dan APKASINDO--

 

Selanjutnya Eddy, menguraikan, bahwa berdasarkan tujuan ekspor, kenaikan terbesar terjadi untuk Tiongkok sebesar 287 ribu ton atau naik sebesar 55%. Untuk tujuan Bangladesh meningkat 115 ribu ton atau naik 289%, lalu Mesir naik 81 ribu ton atau naik 142%. Kenaikan ekspor juga terjadi pada tujuan Uni Eropa selain Spanyol dan Italia, Filipina, Myanmar, dan Vietnam, meski dalam jumlah yang relatif lebih kecil.

 

Sedangkan untuk ekspor tujuan India, kata Eddy, menurun sebesar 301 ribu ton atau turun 41% dan untuk tujuan Pakistan turun 87 ribu ton atau melemah 45%. Penurunan juga terjadi untuk tujuan Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura dengan jumlah yang lebih kecil.

BACA JUGA:Ssssst....! Ada Bantuan Uang Tunai Rp20 Juta untuk Kelompok Usaha Mandiri, Cek Syaratnya Disini!

Dari sisi konsumsi dalam negeri, GAPKI mencatat terjadi kenaikan pada Februari 2023 sebesar 1,8 juta ton dan jumlah tersebut lebih tinggi dari Januari 2023 yang hanya mencapai 1,78 juta ton.

Mewakili petani sawit, Dr. Gulat ME Manurung, MP.,C.IMA,C.APO., Ketua Umum DPP APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia), mengatakan, bahwa anjloknya harga CPO di KPBN (Kharsima Pemasaran Bersama Nusantara) jauh lebih tinggi dibandingkan rerata harga tender CPO di Rotterdam dan Bursa Malaysia dan hal ini langsung terkoneksi ke harga TBS Petani.

 

“Itulah bedanya kontrol harga minyak sawit dan TBS di Malaysia dengan Indonesia. Di Malaysia peran pemerintah melalui MPOB (Malaysian Palm Oil Board) sangat sentral dan memiliki hak veto dalam industri sawit tanpa dicampuri kementerian lain,” ujar Gulat.

 

Sebagai pembanding, per minggu lalu harga TBS di Malaysia masih berkisar Rp2.600-Rp2.900 (tergantung rendemen), sementara di Indonesia sudah ambruk menjadi Rp1.600-Rp1.800 untuk petani swadaya, sedangkan untuk petani bermitra sekitar Rp2.000-Rp2.250.

 

“Lebih memprihatinkan lagi, harga TBS di tingkat pedagang pengumpul (RAM/Peron) per Sabtu (06/05) lalu rerata Rp1.150-RP1.250/kg TBS. Dengan harga pokok produksi (HPP) rerata Rp2.000-Rp2.150/kg TBS, maka dapat dikatakan petani sawit sudah tekor rerata Rp500-Rp1.250/kg TBS,” lanjutnya.

BACA JUGA:Terungkap! Ini 6 Alasan Pasangan Memilih Nikah Siri, Demi Hindari Zina Hingga Mau Poligami

Sementara diketahui dari 6,87 juta ha kebun sawit petani, 93% nya (6,39 juta ha) adalah petani swadaya. Dan dari 6,39 juta hektar tersebut 68-70% nya petani menjual TBS ke RAM/Peron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: