Benarkah Minyak Bintang Ida Dayak Berasal dari Buah Tengkawang ?
Minyak Bintang Ida Dayak Berasal Dari Buah Tengkawang ?--
RADARUTARA.ID - Siapa yang tak tau Ida Dayak? Pengobatan alternatif Ida Dayak kini menjadi fenomena tersendiri di tengah masyarakat. Ida Andriani alias Ida Dayak, perempuan asal Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, itu melakukan aksi pengobatan dengan ritual menari dan mengoleskan minyak ke tubuh pasien yang sakit.
Adapun penyakit yang diobati Ida Dayak di antaranya stroke, patah tulang, hingga kesulitan berbicara. Dalam praktiknya, Ida tidak memungut biaya dan hanya menjual minyak bintang.
BACA JUGA:10 Profesi Freelance yang Banyak Dicari, Segera Tunjukan Kemampuanmu
Penggunaan minyak adalah hal yang lumrah dalam pengobatan pijat dan urut, untuk memperlancar ketika mengurut anggota tubuh yang sakit.
Namun pada fenomena Ibu Ida, publik dibuat bertanya-tanya tentang kehebatan minyak tersebut, dan terbuat dari apakah minyak tersebut. Walaupun belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan minyak yang digunakan oleh beliau berbahan baku dari bumi asli Kalimantan yang memang terkenal akan bahan baku obat yang mujarab, seperti bawang dayak, akar laka, gaharu dan lain-lain.
Fenomena Ibu Dayak dan minyak olesnya terlepas dari kemampuan beliau mengobati pasien-pasien ini teringat akan komoditas hasil hutan bukan kayu dari Kalimantan yang unik, potensial namun belum terlalu populer di masyarakat Indonesia, yaitu tengkawang atau dalam bahasa daerah umum disebut sebagai engkabang.
BACA JUGA:Bahlil: Hampir Semua Pengusaha Eropa Tanya The Next Presiden Indonesia
Minyak tengkawang terbuat dari buah tengkawang yang dijemur hingga kering, dihaluskan dengan lesung, dikukus dan diperas minyaknya. Selain menjadi minyak, tengkawang ini juga diproduksi menjadi mentega yang bisa digunakan untuk dikonsumsi hingga kosmetik.
Dunia kosmetika sangat membutuhkan tengkawang pada satu sisi, sedangkan di sisi lain pasokan minyak tengkawang masih terbatas. Akibatnya harga minyak tengkawang bernilai ekonomi. Walaupun demikian, potensi ekonomi dari pengelolaan menjadi minyak tengkawang belum menjadi perhatian serius. Kita masih memilih memanfaatkan kayunya secara langsung untuk kebutuhan industri perkayuan.
Tengkawang itu sendiri adalah lemak atau minyak dari biji beberapa pohon meranti, terutama meranti merah yang juga dikenal dengan nama Bornean Illipe Nut. Ada sekitar 16 jenis pohon meranti (Shorea) penghasil tengkawang, 13 jenis tergolong meranti merah yang sebagian besar merupakan jenis endemik di Kalimantan Barat, 3 jenis lainnya tergolong kayu Balau yang tersebar di Sumatra dan Semenanjung Malaysia selain juga di Kalimantan.
Karena sebagian besar sebarang tengkawang ada di Kalimantan barat, tepatlah bila tengkawang dijadikan maskot provinsi Kalimantan Barat. Walaupun banyak jenis Shorea yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan Tengkawang, namun yang populer dan menjadi pilihan utama adalah jenis tengkawang tungkul atau Shorea stenoptera karena memiliki ukuran buah yang terbesar.
Di habitat alaminya -secara teori- pohon tengkawang tidak berbunga setiap tahun, panen raya berlangsung rata-rata 3-5 tahun sekali, namun menurut informasi, ada pohon tengkawang di Kabupaten Bengkayang bisa bereproduksi setiap tahun.
BACA JUGA:Modus Penipuan Jenis Baru, Pura-pura Tersinggung Postingan Sosmed Uang Melayang
Untuk menghasilkan lemak/minyak tengkawang, selama ini yang dilakukan adalah biji dari buah meranti diekstrak melalui proses pengasapan secara tradisional (atau menggunakan peralatan yang cukup sederhana) untuk menghasilkan minyak tengkawang yang bentuknya seperti mentega.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: