PLN

Benarkah Minyak Bintang Ida Dayak Berasal dari Buah Tengkawang ?

Benarkah Minyak Bintang Ida Dayak Berasal dari Buah Tengkawang ?

Minyak Bintang Ida Dayak Berasal Dari Buah Tengkawang ?--

Ekstrak asam lemak dari biji tengkawang memiliki karakteristik yang mirip dengan dari biji kakao, namun memiliki kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) dan titik leleh yang lebih tinggi dari kakao. 

Fitur ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap kegunaannya dalam industri kosmetik, karena minyak tidak mudah tengik dan bisa disimpan dalam jangka waktu lebih lama.

Di pasar internasional, lemak diekstrak dari tengkawang dikenal sebagai Bornean tallow atau green butter. Lemak tengkawang ini digunakan sebagai bahan baku alternatif atau substitusi dari lemak kakao disebut setara mentega kakao (cocoa butter equivalent/CBE), mentega kakao pengganti (cocoa butter substitites/CBS) dan cocoa butter replacers/CBR).

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Arisan Sebagai Budaya Nusantara

Ada beberapa market place online yang menjual minyak tengkawang dan ada beberapa produsen skin care yang menggunakan minyak tengkawang dalam campuran bahan untuk produk perawatan kulit.

Saat ini sudah ada beberapa upaya peningkatan pemanfaat biji tengkawang di masyarakat, di antaranya oleh produksi lemak/mentega tengkawang oleh masyarakat Desa Sahan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, pembuatan arboretum tengkawang di lahan bekas tambang oleh Dirjen PPKL-KHLK, pembuatan alat pemproses biji tengkawang Desa Sahan, pabrik pembuatan minyak tengkawang di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Dalam segi harga, buah tengkawang yang belum kering dihargai Rp.1.500/kg, untuk buah yang sudah kering Rp. 3.000/kg. Sedangkan hasil dari olahan yang sudah menjadi lemak/mentaga harga nya berkisar Rp. 150.000,00 (berdasarkan informasi tahun 2021-2022).

Mengingat tingginya potensi tengkawang, dan nilai ekspor yang pernah ada, maka perlu ada kolabarasi antara dunia industri dan riset untuk pengembangan tengkawang sehingga kembali menguasai pasar internasional karena tengkawang hanya terdapat di Indonesia dan ini merupakan pasar potensial.

BACA JUGA:Viral, Bukan Emas, Namun Mahar Pernikahan Pasangan ini Berupa Kucing

Kendala yang ada saat ini adalah harga jual yang belum sesuai, ketersediaan pasar yang berlanjut serta masa panen yang berbeda menjadi kendala dalam memanfaatkan tengkawang secara optimal.

Oleh karena itu kolaborasi dilakukan dari tingkat hulu sampai hilir. Di hulu, riset-riset pengembangan terus dilakukan untuk menghasilkan kualitas yang lebih bagus dan meningkat serta ada produk baru yang diketemukan, sedangkan di hilir adalah proses marketing hingga sampai di tangan konsumen.

Dengan mengoptimalkan pemanfaatan tengkawang, maka beberapa hal bisa diraih seperti melindungi kekayaan adat budaya masyarakat dayak -terlebih panen buah tengkawang di hutan adat, harus mengikuti ritual yang ada.

Selain itu tengkawang dapat ditanam sebagai pohon lokal untuk rehabilitasi lahan, pencegahan bencana, mengurangi risiko perubahan iklim sebagai penyerap karbon, dan tidak kalah penting adalah dapat menjadi pengungkit dan penggerak ekonomi masyarakat, seperti yang amanatkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2023 mengenai Pengarusutamaan Keanekaragaman Hayati. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: