Pentingnya Partisipasi Perempuan dalam Pembuatan Kebijakan, Perspektif Gender dalam Parlemen
Panel Diskusi tentang pemberdayaan perempuan dalam ruang politik--
Dampak dari Minimnya Keterwakilan Perempuan dalam Politik
Ada banyak dampak serius yang dihasilkan jika minimnya keterlibatan perempuan dalam politik. Pada dasarnya, dampak ini telah lama dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu dampak yang terjadi adalah minimnya kesadaran masyarakat terhadap permasalahan serius yang ada di Indonesia.
“Ini hal yang kita rasakan lama sekali dan perubahannya masih belum banyak, yaitu berdampak kepada mereka yang tidak melihat bahwa adanya permasalahan. Contohnya seperti pemahaman gender yang rendah dan diskriminasi terhadap perempuan,” kata Nanda.
Selain itu, Nanda menilai jika minimnya keterwakilan perempuan dalam politik telah memperkecil ruang yang aman bagi mereka. Salah satu bukti nyata adalah sulitnya pemenuhan hak individu dan tingginya kriminalisasi yang mengancam perempuan ketika mengakses layanan kesehatan reproduksi.
“Ini berdampak pada kebijakan yang dibuat untuk perempuan semakin tidak terpenuhi. Salah satunya, hak perempuan justru dilihat sebagai hak pasangan,” kata Nanda beberapa waktu lalu.
Kondisi ini turut didukung oleh tindakan diskriminasi yang diterima oleh perempuan ketika mengakses layanan kesehatan. Pada kasus ini, perempuan kerap diintimidasi dengan berbagai tuduhan seperti hamil dibawah umur. Akibatnya, banyak perempuan yang menolak untuk mendapatkan akses layanan kesehatan reproduksi.
Upaya Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Politik
Melihat banyaknya dampak negatif muncul, dibutuhkan upaya yang tepat untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Upaya ini ditujukkan kepada para peserta pemilu 2024 terutama generasi muda yang baru ikut serta di tahun ini.
Pertama, menaikkan urgensi dari permasalahan krusial seperti kesetaraan gender yang terjadi saat ini. Kedua, peserta pemilu dapat mencari tahu lebih jauh tentang partai politik dan kinerjanya terkait isu-isu yang menjadi permasalahan besar di masa lalu.
“Dengan kita menaikkan urgensi hal-hal seperti permasalahan jumlah perempuan di parlemen atau isu kesetaraan gender yang penting untuk diperhatikan. Setelah itu, kita dapat melihat sikap-sikap partai terhadap isu yang penting itu,” jelas Yosi.
Upaya ini disarankan karena ia kerap menemukan pemilih muda yang kebingungan dengan partai yang akan dipilihnya. Selanjutnya, Yosi mengingatkan generasi muda untuk tidak mencoblos seseorang karena mengidolakan saja. Diperlukan pemahaman lebih terkait latar belakang partai dan calon anggota parlemen yang akan dipilih agar tidak terjadi permasalahan krusial di masa depan.
“Jadi itu penting untuk tidak hanya memilih partai karena ada orang yang diidolakan, tetapi juga melihat si partai ini sebelumnya sudah memperjuangkan isu apa,” ungkapnya.
Disisi lain, Bivitri merekomendasikan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Hal pertama yang harus diupayakan adalah memahami perspektif yang dibawa oleh calon anggota parlemen.
“Bayangkan, perspektif siapa yang awalnya akan masuk kedalam pembuatan kebijakan, ya pembuatnya. Kalau mereka nggak punya perspektif gender, maka yang mereka anggap normal adalah dunia mereka,” kata Bavitri beberapa waktu lalu.
“Ketika mereka merasa yang normal itu cara pandang dia, maka dia tidak akan bisa mengakomondasi perspektif gender kedalam kebijakan yang dia buat. Akhirnya, akan banyak kebijakan (tidak sesuai) yang dirasa tidak salah,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: