Setelah Kampung Janda Gunung Kidul Viral, Ada Kampung yang Hanya Dihuni 7 Keluarga

Setelah Kampung Janda Gunung Kidul Viral, Ada Kampung yang Hanya Dihuni 7 Keluarga

Kampung Pitu, yang terletak di Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk. Kenapa, karena di kampung ini hanya ditinggali tujuh kepala keluarga --

RADARUTARA.ID - Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki beberapa wilayah yang cukup unik. Belakangan ini kampung Pedukuhan mendadak viral karena hampir penghuninya di kampung ini mayoritas janda.

Nah, masih di Gunung Kidul, ada yang menarik untuk diulas, salah satunya Kampung Pitu, yang terletak di Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk. Kenapa, karena di kampung ini hanya ditinggali tujuh kepala keluarga saja. Kok bisa? Simak penjelasannya berikut ini.

Kampung Pitu terletak di sekitar puncak Gunung Api Purba Nglanggeran, hingga kini masih memegang teguh kepercayaan agar tidak dihuni oleh lebih atau kurang tujuh kepala keluarga.

Padahal, sudah lima generasi yang tinggal di sana, tanpa mengubah sedikitpun adat istiadat yang sudah dijalani hingga turun temurun.

BACA JUGA:11 Sifat Pria Yang Paling Dibenci Janda, Nomor 2 Auto Ditinggal Pergi

Menurut Yatnorejo, yang merupakan generasi kelima dari awal berdirinya kampung pitu, dan saat ini sebagai wakil sesepuh adat di sana mengatakan, Kampung Pitu sebenarnya terdapat delapan rumah, tapi hanya tujuh di antaranya yang ditempati. 

Pria paruh baya ini mengaku, dari generasi pertama sampai saat ini tidak ada penduduk dari luar daerah yang tinggal di sini.

"Kepercayaan yang boleh tinggal disini hanya tujuh kepala keluarga, dan ini masih dipegang hingga kini. 

Menurut dia, sejarah berdirinya Kampung Pitu berawal dari sekitar Telaga Guyangan yang tak jauh dari rumahnya.

BACA JUGA:Deretan Kampung Janda Terbanyak yang ada di Indonesia

BACA JUGA:7 Alasan Kenapa Janda Semakin di Depan, Nomer 5 Paling Disukai Kaum Pria

Berdasarkan cerita turun temurun yang dipercaya oleh penduduk sekitar, area persawahan yang ada mata airnya itu merupakan sebuah telaga, yang digunakan untuk mencuci kuda semberani. 

Bahkan kata dia, sisa tapaknya masih ada hingga saat ini. Untuk kampung pitu sendiri berasal dari kakak beradik Iro Dikromo dan Tirtosari yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.  

Saat itu ada lahan kosong dan jadi penduduk di sekitar Telaga Guyangan, dan ada sayembara Keraton yang menjanjikan hadiah tanah bagi siapa saja yang mau dan mampu menjaga pohon pusaka bernama Kinah Gadung Wulung maka diperbolehkan tinggal di sana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: