RADARUTARA.ID - Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya dan adat istiadat. Terutama di Provinsi Bengkulu. Di daerah ini sebelum melakukan resepsi pernikahan, harus menggelar hajatan terlebuh dahulu. Tradiri tersebut bernama Malam makan ketan.
Makan ketan merupakan salah satu rangkaian adat dalam suku Lembak yang menjadi malam berasan. Di mana sampai sekarang ini adat tersebut masih dilaksankan setiap resepsi pernikahan. Terutama bagi masyarakat suku Lembak.
Dalam masyarakat suku Lembak, makan ketan digelar di rumah pengantin laki-laki terlebih dahulu. Yang mana di rumah calon pengantin laki-laki, ketua adat akan memimpin mufakat Rajopenghulu untuk menetapkan kepanitian pelaksanaan acara peresmian pernikahan.
BACA JUGA:Bipang, Makanan Bertekstur Garing yang Disajikan Saat Acara Besar di Bengkulu Selatan
Kemudian, ketua adat Rajopenghulu dan kaum ibu-ibu beserta kerabatan pengantin laki-laki berangkat menuju rumah pengantin perempuan untuk meresmikan pertunangan yang sesuai adat.
Di setiap acara manggil berasan, tuan rumah dari Suku Lembak harus menyiapkan menu makan ketan.
Ketan akan disantap pada saat acara manggil berasan selesai. Setelah rapat panitia pembagian kerja pada saat melangsungkan pernikahan, tuan rumah akan menghidangkan ketan yang sudah dimasak di atas piring.
Ketan itu tidak sendiri, namun ditemani kuah yang berbahas dari gula merah dan santan sebagai penikmat hidangan. Ketan berwarna putih akan berkolaborasi dengan kuah berwarna seperti cokelat susu.
Ketan berkuah, umumnya diterapkan di daerah Kelurahan Tanjung Agung, Semarang, Surabaya, Jembatan Kecil, Panorama, hingga Kelurahan Dusun Besar di Kota Bengkulu.
Diberi nama malam makan ketan, jamuannya berupa nasi ketan berkuah atau ketan berinti. Yang mana acara ini dilangsungkan di rumah kedua belah pihak calon pengantin yang berasal dari suku Lembak.
Selain itu, di malam makan ketan utusan dari keluarga laki-laki datang ke pihak perempuan untuk menyebutkan uang hantaran. Hantaran ini dilengkapi dengan perangkat sirih dan juga bunga. Sirih bujang dibawa oleh pihak laki-laki dan sirih gadis yang menunggu di rumah pihak perempuan.*