Jangan Ngaku Perantau Kalau Belum Tahu Istilah 'Bokong na Passompe'

Jangan Ngaku Perantau Kalau Belum Tahu Istilah 'Bokong na Passompe'

Jangan Ngaku Perantau Kalau Belum Tahu Istilah Bokong na Passompe--

RADARUTARA.ID - Zaman dahulu kala, lelaki Bugis dan Makassar suka merantau. Berlayar ke seluruh penjuru nusantara untuk mengumpulkan pundi-pundi rezeki dan mencari uang panai untuk melamar gadis pujaan.

Orang Bugis dan Makassar sendiri menjuluki lelaki pemberani yang merantau, berlayar ke penjuru nusantara ini sebagai pelaut ulung dan perantau handal.

Saat ingin berlayar dan merantau, lelaki Bugis dan Makassar selalu membawa bekal nasi dan lauk ikan.

Sayangnya, bekal ini tak bisa bertahan lama karena terlalu cepat basi.

BACA JUGA:Mau Cari Jodoh Silakan Mampir, Ini Dia 4 Desa Penghasil Wanita Cantik di Buleleng

BACA JUGA:Cair! Ini 4 Shio yang Punya Rezeki Tak Terduga di Bulan Juli 2023

Oleh karenanya, sebelum jauh mereka berlayar, mereka sudah kehabisan bahan makanan dan tenaga. Lalu mereka kembali pulang ke daratan.

Akhirnya dicarilah cara untuk memecahkan masalah itu. Para wanita Bugis dan Makassar mencari pengganti bekal pelaut dan perantau.

Mereka mulai memasak beras ketan yang terbungkus daun pisang, kemudian direbus lama agar tidak cepat basi.

Akhirnya, pada suatu hari lahirlah masakan baru bernama Burasa. Sebuah lontong santan berbentuk pipih khas Sulawesi Selatan.

Lontong ini memiliki aroma perpaduan daun pisang, garam dan santan yang membuatnya terasa lebih gurih dibanding ketupat.

BACA JUGA:Tiga Wali Allah Paling Nyeleneh Ternyata Ada di Tanah Jawa, Gayanya bak Orang Hilang Akal Sehat Tapi Disegani

BACA JUGA:Siap-siap 4 Shio Ini Ditakdirkan Jadi Bos Terkuat di Masa Depan, Kamu Termasuk?

Burasa sendiri memiliki makna penyatuan dan solidaritas agar bisa membentuk nilai sipakatau (saling menghargai), sipakalebbi' (saling memuliakan) dan sipakainge' (saling mengingatkan) dalam keluarga dan kehidupan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: