Resesi Seks di Jepang Kian Kritis, ini Alasan Kenapa Orang Jepang Memilih untuk Tidak Punya Anak

Resesi Seks di Jepang Kian Kritis, ini Alasan Kenapa Orang Jepang Memilih untuk Tidak Punya Anak

Resesi Seks di Jepang Kian Kritis, Ini Alasan Kenapa Orang Jepang Memilih untuk Tidak Punya Anak--

2. Peningkatan kebutuhan ekonomi

Wanita muda Jepang semakin enggan untuk menikah dan memiliki anak sebagian karena peningkatan pesat dalam peluang ekonomi mereka.

Partisipasi perempuan dalam meraih pendidikan dan gelar sarjana mulai meningkat pesat pada akhir 1980-an dan mencapai 51 persen pada 2020. 

 

3. Peran gender

Alasan wanita Jepang enggan untuk menikah dan memiliki anak karena terhalang oleh tekanan keuangan dan peran gender tradisional yang memaksa banyak orang untuk berhenti bekerja begitu mereka hamil dan memikul beban pekerjaan rumah tangga serta tugas mengasuh anak.

“Kalau punya anak di Jepang, suami tetap bekerja tapi ibu diharapkan berhenti dari pekerjaannya dan menjaga anak. Saya hanya merasa sulit untuk membesarkan anak, secara finansial, mental, dan fisik," kata Yuka Minagawa, seorang profesor di Universitas Sophia di Tokyo dikutip dari The Guardian.

"Pemerintah mengatakan akan memberikan dukungan yang lebih baik untuk keluarga dengan anak kecil, tetapi saya tidak terlalu percaya pada politisi," sambungnya.

Menurutnya, tingkat kesuburan yang rendah sebagian merupakan gejala dari kemajuan yang dicapai wanita Jepang dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA:Membanggakan, WNI Asal Aceh Raih Juara 2 Lomba Azan Otr El Kalam di Arab Saudi

Lalu apa upaya pemerintah untuk menangani hal ini?

Khawatir akan konsekuensi sosial dan ekonomi yang terkait dengan tingkat kesuburan rendah yang berkepanjangan serta penuaan populasi yang cepat, pemerintah Jepang meluncurkan serangkaian program untuk menangani kesuburan rendah ('shoushika-taisaku') pada pertengahan 1990-an.

Fokus awalnya adalah memberikan bantuan pengasuhan anak melalui peningkatan penyediaan layanan pengasuhan anak dan mengadvokasi keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Kemudian pada akhir 2000-an, upaya kebijakan Jepang menjadi lebih komprehensif. Pemerintah Jepang telah mengadvokasi bantuan kebijakan jangka panjang sejak lahir hingga dewasa muda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: