Konflik PT Agricinal vs FMBP Membuat Karyawan Tak Nyenyak Rayakan Natal, Pemerintah Diminta Bersikap

Konflik PT Agricinal vs FMBP Membuat Karyawan Tak Nyenyak Rayakan Natal, Pemerintah Diminta Bersikap

Konflik PT Agricinal vs FMBP Membuat Karyawan Tak Nyenyak Rayakan Natal, Pemerintah Diminta Bersikap--

PUTRI HIJAU, RADARUTARA.ID- 800-an lebih karyawan di lingkungan PT Agricinal mengeluhkan konflik berkepanjangan yang terjadi antara perusahaan dengan forum masyarakat bumi pekal (FMBP).

40 hari lebih, karyawan di PT Agricinal harus menanggung dampak serius atas konflik yang terjadi antara PT Agricinal dengan FMBP.

Dampak yang dirasakanpun, bermacam-macam.

Baik itu dampak secara psikis, ekonomi hingga kenyamanan untuk beribadah dalam menyambut perayaan Natal Tahun 2024.

Kepada radarutara.id, sejumlah karyawan di lingkungan PT Agricinal, Enfri, mengaku, sejak aksi blokade terhadap akses keluar masuk di lingkungan perusahaan terjadi.

Para karyawan tidak bisa beraktivitas atau bekerja secara optimal.

Ini, disebabkan karena aksi blokade yang dilakukan oleh FMBP membuat kegiatan produksi perusahaan lumpuh.

"Sejak terjadi aksi blokade, perusahaan tidak bisa mendapatkan suplai BBM. Otomatis kegiatan produksi di dalam lingkungan pabrik terhenti, begitu dengan pasokan listrik di lingkungan perusahaan hari ini juga ikut terbatas. Akibat semua, ini maka perusahaan tidak bisa produksi dan berdampak terhadap nafkah anak dan istri, karena pendapatan (gaji) kami sebagai karyawan juga ikut terhambat," ungkapnya.

Selanjutnya diakui Enfri, konflik yang terjadi antara perusahaan dengan FMBP, ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental atau psikis para karyawan.

Sebagian besar karyawan kata Envri, yang ingin beraktivitas di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan merasa ketakutan. 

"Pada saat kami mau keluar, kami pasti juga ditanyain sama mereka (FMBP) mau kemana? Sama siapa? Mobil kami juga di sweeping untuk dilihat isi dalamnya. Kan, ini sangat membuat kami (karyawan) tidak nyaman hingga menimbulkan rasa takut. Intinya, kami merasa terintimidasi atas konflik ini," ungkapnya.

Ditambahkan Enfri, tekanan psikis ini juga dirasakan oleh karyawan yang ingin merayakan Natal 2024.

Akibat konflik, tersebut diungkapkan Enfri, karyawan yang ingin pulang kampung untuk merayakan Natal terpaksa harus menahan diri.

"Biasanya setelah gaji dibayarkan, tidak lama kemudian tunjangan kepada karyawan yang merayakan Natal juga bisa diberikan oleh perusahaan. Tapi sejak konflik terjadi, jangankan tunjangan untuk natal, gaji pokok karyawan saja tidak bisa cair. Dan kami tidak tahu kondisi ini akan terjadi sampai kapan," akunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: