Ciri Khas Suku Rejang, Bahasa Daerah hingga Pakaian Adat yang Digunakan

Ciri Khas Suku Rejang, Bahasa Daerah hingga Pakaian Adat yang Digunakan

Ciri Khas Suku Rejang, Bahasa Daerah hingga Pakaian Adat yang Digunakan--

RADARUTARA.ID - Walaupun berada di pedalaman, peradaban Suku Rejang cukup maju, salah satunya bisa dibuktikan dengan adanya pemerintahan di dalam masyarakatnya.

Suku Rejang dipimpin oleh 5 orang Tuwi Kutei, yang menjadi sebutan bagi kepala kutai yang dipilih berdasarkan garis keturunan petulai (kesatuan kekeluargaan masyarakat asli Suku Rejang). Sedangkan kutei merupakan masyarakat hukum adat asli yang terdiri dari 10-15 keluarga atau rumah.

Sistem petulai memperlihatkan kalau Suku Rejang punya hukum adat yang dipatuhi oleh masyarakatnya. Peradaban Suku Rejang yang maju juga bisa dibuktikan dengan adanya aksara sebagai alat untuk berkomunikasi dan bertukar informasi yang bernama aksara kaganga.

BACA JUGA:5 Rahasia Pemilik Weton Rabu Kliwon, Seperti Ariel Noah, Makin Tua Pesonanya Kian Memancar, Apa Itu Kamu?

Aksara suku Rejang, menjadi salah satu khazanah budaya Indonesia yang paling tua di dunia. Sedangkan Bahasa Rejang menjadi bahasa yang dipakai dalam keseharian mereka, dengan tiga dialek yakni Dialek Rejang Kepahiang, Dialek Rejang Curup, dan Dialek Rejang Lebong.

Dari perbendaharaan kata dan dialek yang dimiliki oleh Bahasa Rejang, suku ini termasuk ke dalam Melayu Proto.

Masyarakat Suku Rejang punya rumah tradisional yang bernama Uemak Potong Jang, yang mana umeak artinya rumah, potong artinya buatan, dan jang artinya Rejang, sehingga Umeak Potong Jang memiliki arti rumah buatan rejang.

Umeak Potong Jang punya ciri bubungan melintang sehingga cucuran atapnya menghadap ke depan dan belakang, serta bubungan jembatan dengan teblayeaa (pelayaran) di bagian kiri dan kanan.

BACA JUGA:Jangan Cari Masalah, Ini 5 Zodiak Paling Pendendam yang Harus Diwaspadai

Membahas pakaian adatnya, masyarakat Suku Rejang terutama Suku Rejang Lebong di Kabupaten Rejang Lebong punya pakaian adat yang sering dikenalan dalam acara pernikahan. Mempelai wanita akan mengenakam kembang dan tepung, baju bertabur kain sulam benang emas lengkap dengan sandal berwarna hitam.

Bahkan, dipakai pula hiasan tapak sangko burung merak di bagian dahi dan hiasan berbentuk teratai pada bagian bahunya. Aksesori yang dipakai yaitu kalung di bagian dada, kemudian pending di bagian pinggang, hingga gelang keroncong di bagian lengannya.

Mempelai pria akan memakai baju kemeja putih dan jas dengan saku yang berantai emas, lengkap dengan tambahan berupa selendang bersulam emas serta desat adat atau cek uleue yang berbahan dari kain songket.

Dipakai juga keris yang berkain songket dengan benang emas, serta mengenakan alas kaki berupa sepatu atau sandal.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: