Padahal Sedang Memasuki Musim Kemarau, Kenapa Intensitas Hujan Masih Tetap Tinggi? Berikut Penjelasan BMKG
BMKG--
Efek ini ditemukan oleh ahli matematika Prancis Gaspard-Gustave de Coriolis di abad 19. Intinya, daerah khatulistiwa selalu berputar lebih cepat ketimbang daerah yang makin mendekati kutub.
Efeknya, badai tak akan masuk tepat di khatulistiwa.
Profesor Meteorologi di University of Hawaii Gary Barnes mengatakan efek coriolis yang maksimal berada di kutub Bumi dan paling rendah di khatulistiwa. Alhasil, tidak ada badai yang terbentuk di lintang 5 derajat hingga garis khatulistiwa.
Meski tak akan ada badai yang tepat di khatulistiwa, Azgha dan Mukminan menyebut siklon tropis bisa memengaruhi pembentukan awan konvektif alias awan hujan di daerah sekitarnya.
BACA JUGA:Ingin Hajat Cepat Terkabul? Ikuti 5 Amalan Harian dari Mbah Moen, Rezeki Juga Ikut Mengucur Deras
BACA JUGA:Modal Rebahan Masih Dikejar Rezeki, 7 Weton Ini Paling Beruntung dalam Masalah Keuangan
"Sehingga di sekitar tropis Siklon lebih banyak curah hujan yang diperoleh. Hal ini akan mengganggu cuaca di daerah yang tidak dilalui oleh geseran [siklon] tersebut," kata keduanya.
Untuk kasus tiga hari ke depan, BMKG menyebut Siklon Tropis Guchol "membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Maluku Utara hingga Samudra Pasifik Utara Papua Barat serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Laut Halmahera Utara."
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut," lanjut BMKG.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: