Hidupkan Budaya Membaca, DPK Bengkulu Berkomitmen Jadikan Perpustakaan Pusat Edukasi

Hidupkan Budaya Membaca, DPK Bengkulu Berkomitmen Jadikan Perpustakaan Pusat Edukasi

Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu, H. Meri Sasdi, M.Pd--

BENGKULU, RADARUTARA.ID - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Bengkulu terus berkomitmen untuk menjadikan Perpustakaan sebagai pusat edukasi.

Sehingga kualitas fasilitas pelayanan perpustakaan secara maksimal terus ditingkatkan, salah satunya melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu, H. Meri Sasdi, M.Pd mengatakan, pihaknya menyambut baik kunjungan yang telah dilakukan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Soekarno (FAS) Bengkulu Program Studi (Prodi) sejarah.

Dimana kunjungan itu dalam rangka melaksanakan perkuliahan di Perpustakaan Daerah (Perpusda).

"Apa yang dilakukan para mahasiswa ataupun pelajar dan lainnya di Perpusda sangat baik sekali, karena perpustakaan juga merupakan pusat edukasi. Makanya sejal awal kita terus berkomitmen meningkatkan fasilitas dan layanan, sehingga pusat edukasi yang dimaksud, bisa tercapaia secara maksimal," ungkap Meri Sasdi, Minggu (14/5).

Menurutnya, dalam upaya mencapai target peningkatan literasi masyarakat, dibutuhkan peningkatan kualitas fasilitas layanan perpustakaan.

"Seperti transformasi perpustakaan sebagai ruang publik terbuka juga diperlukan, sehingga dapat menggeser mindset lama tentang perpustakaan. Apalagi dengan adanya program TPBIS," kata Meri Sasdi.

Sehingga, lanjut Meri Sasdi, perpustakaan bisa menjadi pusat pengetahuan, wahana belajar, melahirkan inovasi dan berbagai kreativitas masyarakat.

"Dengan begitu ketika perpustakaan bisa diakses, secara tidak langsung bisa memberikan pelatihan dalam meningkatkan skill, pengetahuan dan lainnya melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan," ujar Meri Sasdi.

Lebih jauh disampaikannya, keberadaan perpustakaan juga diharapkan dapat menjadi solusi dalam permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Makanya perpustakaan juga dituntut harus inklusif. Jika dahulu perpustakaan tradisional hanya mengumpulkan buku, dan menunggu masyarakat membaca, namun kini implemenasinya sudah berubah.

"Yang jelas kita bakal berkontribusi untuk mengoptimalkan dengan seluruh kemampuan untuk memfasilitasi sumber informasi yang relevan, tentunya melalui optimalisasi peran perpustakaan sebagai pusat edukasi. Kitapun mendorong perpustakaan di kabupaten/kota hingga desa/kelurahan juga bisa mengimplementasikannya," demikian Meri Sasdi. (Adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: