Tupperware Diambang Kebangkrutan, Saham Anjlok Hingga 84%

Tupperware Diambang Kebangkrutan, Saham Anjlok Hingga 84%

Tupperware Diambang Kebangkrutan, Saham Anjlok Hingga 84%--

RADARUTARA.ID - Tupperware merupakan nama merek terkenal dari peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik, termasuk didalamnya, wadah penyimpanan, wadah penyajian dan beberapa peralatan dapur yang diperkenalkan untuk khalayak umum sejak tahun 1946.

Sejak didirikannya, Tupperware dan wadah khasnya menciptakan bisnis penyimpanan makanan modern. Perusahaan ini berhasil mendistribusikan produknya di hampir 70 negara, terutama melalui perwakilan independen di seluruh dunia.

Merek wadah penyimpanan plastik yang sangat populer dikalangan ibu-ibu itu, sekarang diambang kebangkrutan. Hal ini terjadi akibat kondisi keuangan perusahaan yang terus memburuk. Harga saham Tuperware pun jatuh hingga ditutup menjadi US$ 1,22 setelah turun 49,6% pada Senin (10/4).

perusahaan berusia 77 tahun itu kini tengah berjuang untuk menarik pembeli muda di tengah persaingan baru. Di sisi lain, permintaan akan produk rumahan telah turun.

BACA JUGA:Siap-siap Ida Dayak Goes To Bengkulu, Catat Jadwal Prakteknya

Tupperware terancam bangkrut setelah sahamnya anjlok 50% pada Senin (10/4). Ini merupakan rekor penurunan saham terendah sepanjang masa. Investor ketakutan setelah Tupperware Brands Corporation mengatakan bahwa mereka telah menyewa penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur modalnya dan  melanjutkan kelangsungan usahanya pada Jumat (8/4).

Saham Tupperware telah anjlok sekitar 84 persen sejak November 2022. Saat itu, perusahaan pertama kali menyampaikan kekhawatiran tentang kemampuannya untuk terus beroperasi.

Sebenarnya kinerja Tupperware sempat mengalami peningkatan tajam selama dua tahun pertama pandemi Covid-19. Harga sahamnya melonjak menjadi US$ 37 karena kebijakan lockdown mendorong penjualan peralatan dapur. Akan tetapi perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada akhir-akhir ini. Perusahaan mempersalahkan kendala keuangan yang disebabkan biaya bunga pinjaman jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

BACA JUGA:Cek Kotamu Sekarang! Ini Deretan Tempat Terpanas di Indonesia

Pada Maret 2023, perusahaan melaporkan kerugian sebesar US$ 28,4 juta sepanjang 2022. Kerugian tersebut turun dari tahun sebelumnya sebesar US$152,2 juta. Namun, penjualan bersih merosot 18 persen menjadi US$ 1,31 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala eksekutif Tupperware, Miguel Fernandez, mengatakan perusahaan sedang mencari calon investor atau mitra pembiayaan untuk bertahan dalam bisnis. Perusahaan tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.

Perusahaan juga mempertimbangkan langkah-langkah pemotongan biaya, termasuk memangkas pekerjaan dan meninjau portofolio real estatenya. Mereka bekerja sama dengan Moelis & Company dan Kirkland & Ellis untuk menjajaki opsi utang jangka panjang senilai hampir US$ 700 juta.

Sementara itu, New York Stock Exchange memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapuskan karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: