Mulai 1 Februari 2023 Diperkirakan Harga BBM Turun Segini, Simak Penjelasannya Disini

Mulai 1 Februari 2023 Diperkirakan Harga BBM Turun Segini, Simak Penjelasannya Disini

Mulai 1 Februari 2023 Diperkirakan Harga BBM Turun Segini, Simak Penjelasannya di Sini--

RADARUTARA.ID - Harga BBM subsidi jenis Pertalite, Solar dan Pertamax yang paling banyak dikonsumsi masyarakat diperkirakan akan turun mulai 1 Februari 2023. 

Hal ini dilakukan karena Badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya akan menyesuaikan harga BBM per tanggal 1 pada setiap bulan. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyampaikan prediksi ini pada Kamis (26/1).

Walaupun belum ada kepastian yang jelas, tapi turunnya harga BBM pada 1 Februari 2023 ini diperkirakan karena dipengaruhi oleh minyak mentah dunia dan juga menguatnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sehingga menurut Bhima tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak melakukan review kembali harga BBM. 

"Tentu akan positif bagi ekonomi jika harga BBM turun. Terlebih Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dicabut. Hal itu akan mendorong gerak ekonomi," jelas Bhima. 

Bahkan Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir juga menyampaikan bahwa penyesuaian harga BBM akan disampaikan setiap minggunya yang akan diupdate secara rutin.

Diperkirakan harga Pertalite akan menjadi Rp 8.000 per liter, harga solar Rp 5.500 dan harga Pertamax per liter nya menjadi Rp 11.900. 

Pada Kamis, (26/1) harga minyak mentah dunia masih bertahan pada level US$ 80 per barel, dan pada 4 Januari 2023 sempat turun menjadi US$ 72,84 per barel.

Sedangkan terpantau kurs Rupiah semakin menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.885/US$ pada Selasa (24/1), dan ini merupakan level terkuat sejak 15 September 2022. 

Bhima menyampaikan jika melihat kondisi harga minyak mentah dunia dan juga kurs Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), maka akan menjadi faktor penentu harga BBM dan cenderung akan mengalami penurunan.

"Kalau (BBM) non subsidi perkiraan akan turun karena variabel pembentukan harga keekonomian juga turun. Minyak mentah yang berada di kisaran US$ 80 per barel dan kurs Rupiah yang lebih menguat jadi faktor utama tren harga BBM non subsidi turun pada Februari," ucapnya. 

Karena krisis energi global yang terjadi menurut Bhima, Pemerintah seperti mendapatkan hoki karena adanya tambahan belanja subsidi BBM yang bisa saja menjadi redistribusi pendapatan ke masyarakat miskin.

"Pertama, harga minyak turun dan Rupiah menguat yang berarti beban subsidi BBM berkurang dibanding 2022. Kedua, Pemerintah mendapatkan windfall pendapatan yang besar saat terjadi krisis energi global, artinya tambahan belanja subsidi bbm bisa memberi redistribusi pendapatan ke masyarakat miskin. Ketiga, sebagai stimulus agar gerak ekonomi semakin cepat pulih sekaligus menurunkan laju inflasi," ungkapnya.

Di sisi lain, Secretary Corporate PT Pertaminan Patra Niagra, Irto Ginting menyatakan, pihaknya masih melakukan review atas pergerakan harga minyak mentah dunia yang melandai dan penguatan kurs Rupiah terhadap dollar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: