Siap-siap, Setelah Musim Hujan di Awal Bulan Juli Kemarau Panjang Akan Melanda, Begini Penjelasan BMKG

Kamis 13-07-2023,09:42 WIB
Reporter : Sigit Haryanto
Editor : Septi Maimuna

RADARUTARA.ID  - Tegas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah, jika kemarau yang terjadi pada tahun 2023 saat ini masuk ke kategori kemarau basah. Justru BMKG mengungkapkan, curah hujan di sejumlah daerah terpantau sangat rendah.

Bahkan BMKG memprediksi ditahun ini akan masuk dalam kategori kemarau basah dan kondisi ini akan terjadi disejumlah wilayah di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB dan NTT. 

"Wilayah diatasa akan mengalami curah hujan yang sangat rendah dan bahkan termasuk dalam kategori dibawah normal, karena lebih dari kondisi biasanya," jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

BACA JUGA:Ngeriii!! Kasus Diabetes pada Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Orang Tua Harus Hindarkan Kebiasaan Buruk Ini

Di sisi lain, Pakar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, justru memprediksi. Jika kemarau tahun 2023 imi masuk kategori kemarau basah. 

Sementara hujan juga terpantau di area Jabodetabek yang merupakan aliran sungai Sumatera, hal ini karena adanya pengaruh dari Vorteks Samudra Hindia dan menciptakan kemarau basah.

Masih Erma, anomali iklim berupa kemarau basah pada 2023 ini hampir mirip dengan kemarau yang sempat terjadi pada tahun 2013, lalu.

"Bedanya, saat itu ENSO(El Nino-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) netral. Namun penyebabnya mirip yaitu karena siklon/vorteks," bebernya.

BACA JUGA:Tak Perlu Skincare, Amalkan Doa yang Sering Dibaca Nabi Yusuf untuk Mendapatkan Wajah Glowing, Coba Sekarang

Di satu sisi, Kepala BMKG Dwikorita mengakui, anomali memang ada, yakni turun hujan di awal Juli yang umumnya adalah bulan yang kering.

"Namun ini hanya terjadi pada periode yang singkat yaitu, awal Juli, namun kondisi kemarau tetap berlanjut sampai Oktober 2023 mendatang," ungkap Kepala BMKG.

Masih, Dwikorita, musim kemarau kering tahun ini terjadi karena beberapa faktor cuaca, diantaranya dipicu oleh El Nino. Namun El Nino pada awal Juli ini, kata Dwikorita, terjadi tidak signifikan, karena baru berlangsung satu bulan.

BACA JUGA:Sanksi Komdis AFC Untuk Indonesia dan Thailand Imbas Ricuh di SEA Games, Berikut Daftarnya

Hasilnya, hujan masih terjadi di awal bulan Juli. Menurut Dwikorita, kondisi, itu terjadi karena atmosfer belum merespon penyimpangan suhu muka laut yang terjadi di Samudra Pasifik.

"Indikator lain yang bisa dilihat dari alat pengukur pergerakan massa udara  dari Samudra Pasifik menuju Indonesia, atau disebut dengan Indeks Osilasi, menunjukan angka -1 atau dalam kondisi netral, karena range normal berkisar diantara -8 sampai 8," jelasnya.

Kategori :