Kisah Perjuangan Matsa Seorang Nelayan yang Kini Berhasil ke Tanah Suci

Kisah Perjuangan Matsa Seorang Nelayan yang Kini Berhasil ke Tanah Suci

Matsa, Jemaah Calon Haji asal Embarkasi Batam saat berada di Paviliun Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, Senin (13/5/2024). Foto: (RRI/Joko)--

RADARUTARA.ID- Keteguhan dan keyakinan menjadi kekuatan bagi seorang muslim untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti halnya yang dilakukan Matsa, lelaki berusia 68 tahun asal Kepulauan Riau, Batam yang tahun ini memenuhi panggilan Allah SWT berangkat ke tanah suci.

Sambil mendorong koper dan bungkusan plastik, terpancar wajah sumringah dalam diri Matsa. Ia bersama sang istri dan jemaah lainnya asal Embarkasi Batam, mulai duduk di kursi yang ada di Paviliun Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis. 

Warga yang bermukim di Kelurahan Pantai Pecong Kecamatan Belakang Padang Kota Batam tersebut merupakan seorang nelayan tradisional penangkap ikan. Profesi yang ia tekuni selama ini telah mengantarkan langkah kakinya bersama istri menuju Baitullah. Rasa syukur pun tak bisa ia bendung

"Alhamdulillah pak, luar biasa. Allah yang nganter kan, kita gak bisa apa - apa. Tergantung pada niat lah," ujar Matsa saat ditemani di paviliun Bandara, Senin (13/5/2024). 

BACA JUGA:Besok 42 Calon Jemaah Haji dari Putri Hijau dan MSS Diberangkatkan, Ini Titik Kumpulnya

Matsa bersyukur, jerih payahnya mengumpulkan uang dari profesi Nelayan, justru mengantarkannya berangkat ke tanah suci. 

"Itu memang tak bisa dibayangkan karena kan yang bisa memanggil itu Allah, bukan uang atau fisik kita kan. Kalau fisik kita kuat tapi kalau Allah tak panggil. Tujuan kita mau ibadah kan. Mudah- mudahan perjuangan kita di ridhoi oleh Allah," katanya. 

Tidak mudah bagi Matsa untuk bisa melunasi biaya perjalanan ibadah haji. Dimana sejak tahun 2012 lalu, ia mulai menyisihkan uang hasil dagangan ikan tangkapan. Meski terkadang halangan melintang dirasakan Matsa, namun niat kuat mampu membawa dirinya memenuhi panggilan Allah SWT. 

"Kadang satu tahun nganter cuma 1 juta atau Rp1,5 juta. Gitulah nyicil - nyicil dari hasil nelayan. Ngumpul - ngumpul dari Rp20 juta lebih sampai Rp30 juta lebih. Memang murni pak, hasil tangkapan ikan. Dari jaring sampai pasang - pasang itu. Kadang - kadang nengok keadaan bang. Kalau air naik tidak ada. Saya dari umur 15 sampai 60 lebih," ucap Matsa. 

BACA JUGA:Ini Daftar Nama PPK Kabupaten Bengkulu Utara Terpilih untuk Pilkada 2024

Tidak sampai disitu, perjuangan untuk mendapatkan ibadah yang sempurna selama manasik haji yang ia lakukan bersama sang istri. Mereka harus menaiki kendaraan boat atau kapal yang mereka gunakan untuk menuju ke Batam. Meski waktu tempuh hanya sekitar 30 menit, namun terkadang cuaca yang kurang bersahabat membuat Matsa dan istri harus rela pulang hingga larut malam. 

"Kami manasik seminggu dua kali atau tiga kali. Waktu manasik kadang jam 5 baru selesai. 2013 daftar haji. Jarak dari rumah ke Batam 30 menit naik boat. Kalau ke kecamatan satu jam. Jadi kita pakai boat sendiri yang kecil. Itu untuk setiap hari kerja sebagai nelayan. Kadang - kadang kena hujan, kadang - kadang pulang malam gak tentu. Dari Batam kan jauh, kadang- kadang jam 8 dan jam 9 pun pernah," ujarnya. 

"Pernah dulu kami pulangnya hujan, gadak pelindung. Berhenti di pancang karena gelap. Setelah nunggu satu jam baru gerak lagi. Adalah payung satu. Kalau orang darat itu mungkin 20 kali, kalau kami sampai 30 kali ikut manasik," katanya lagi.

Sementara sang istri, Saiyah mengucap syukur bisa memenuhi panggilan Allah bersama suami Meski sempat tertunda akibat Covid - 19. Jemaah berusia 62 tahun itu berharap langkah mereka kelak bisa diikuti anak dan cucu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: