Setiap Orang Tua Berumur 70 Tahun di Jepang Akan Dibuang oleh Anaknya ke Hutan, Ini Alasannya
Setiap Orang Tua Berumur 70 Tahun di Jepang Akan Dibuang oleh Anaknya ke Hutan, Ini Alasannya--
RADARUTARA.ID- Tradisi aneh terjadi di Negara Jepang. Di negara yang kaya, ini ada banyak tradisi dan budaya unik serta memiliki praktek-praktek yang menggambarkan nilai-nilai norma bagi masyarakatnya.
Dan salah satu praktek kontroversial yang menjadi perhatian dunia di negara Jepang, itu adalah Ubasuteyama. Sebuah tradisi kuno dimana orang tua berusia 70 tahun akan dibawa mendaki ke gunung dan dibuang oleh anaknya di tempat tertentu.
Melalui artikel, ini mari kita ungkap lebih dalam tentang budaya Ubasuteyama ini.
BACA JUGA:Bulan Puasa Berapa Hari Lagi? Berikut Jadwal Ramadhan 2024 Versi Pemerintah, NU dan Muhammadiyah
Latar Belakang Sejarah Ubasuteyama
Diketahui, Ubasuteyama memiliki nilai kuat dalam sejarah Jepang. Khususnya pada masa ketika kehidupan ekonomi sulit dan kelangkaan sumber daya menjadi kenyataan sehari-hari.
Tradisi, ini dilakukan untuk keperluan mengurangi beban ekonomi keluarga yang mungkin sulit memberi makan untuk anggota keluarga yang jumlahnya banyak.
Umumnya, praktek tradisi ini melibatkan anak-anak yang membawa orang tua mereka yang sudah lanjut usia ke puncak gunung Narayama. Tempat yang ada di Narayama, itu dianggap sebagai "Tempat Terakhir" di mana orang tua bisa hidup sebelum menghadapi kematian. Meskipun kelihatannya kejam, tapi praktek ini diyakini sebagai bentuk pengorbanan yang dilakukan untuk kesejahteraan keluarga.
BACA JUGA:2 Bunga Raflesia Mekar Berdampingan di Kemumu, Wajib Dikunjungi!
Proses dan Ritual
Proses ritual dari tradisi Ubasuteyama, ini berawal sebelum mendaki gunung. Ada serangkaian ritual dan persiapan yang dilakukan. Para sesepuh desa akan memimpin upacara yang melibatkan minum arak secara bersama-sama, memberi nasihat tentang perjalanan dan memberi tahu jalur serta pantangan yang harus dihadiri.
Dan prosesi tersebut, akan menjadi momen yang syarat dengan makna dan nuansa spiritual bagi mereka yang terlibat.
Pada saat mendaki, yang bersangkutan sering dibawa oleh anak atau kerabatnya. Pemandangan perjalanan seringkali diwarnai oleh pemandangan alam yang indah, memberikan kesempatan bagi mereka untuk merenung dan berpikir tentang kehidupan dan keputusan yang mereka buat.
Konflik Moral dan Dampak Emosional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: