Barzanji, Tradisi Masyarakat Bengkulu untuk Menyambut Bayi yang Baru Lahir

Barzanji, Tradisi Masyarakat Bengkulu untuk Menyambut Bayi yang Baru Lahir

Barzanji, Tradisi Masyarakat Bengkulu untuk Menyambut Bayi yang Baru Lahir--

RADARUTARA.ID - Pembacaan kitab Barzanji merupakan tradisi masyarakat Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Melantunkan ayat-ayat pujian kepada Nabi Muhammad SAW ini kerap dilakukan masyarakat Nahdlatul Ummah (NU) untuk menyambut bayi yang baru lahir. 

Pembacaan Kitab Barzanji ini masih jadi tradisi turun temurun untuk menyambut hari lahir serta hari besar keagamaan.

Maknanya sendiri, untuk menyampaikan salam doa serta sholawat kepada Nabi Muhammad SAW supaya menjadi salah satu pengikutnya yang taat.

Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur serta menyampaikan sholawat kepada Rasulullah SAW supaya mendapat syafaat di hari akhir kelak.

BACA JUGA:Wisata Bengkulu: Sungai Batu Rigis, Panorama Indah yang Menyegarkan Mata

Untuk pelaksanaannya, tradisi ini diiringi demgan doa selamat dan pembacaan sholawat serta melaksanakan ritual gunting rambut kepada bayi yang baru lahir.

Maknanya yaitu untuk memohon keselamatan dan menjadi pengikut nabi. Ini juga dibarengi dengan pemberian nama anak yang baru lahir.

Barzanji sendiri adalah salah satu karya sastra Arab yang melegenda serta diterima secara luas oleh umat muslim di dunia yaitu 'Iqd al-Jawahir, sebagai karangan Syekh Ja’far Ibnu Hasan Ibnu Abdul Karim Ibnu Muhammad al-Barzanji (1690-1766 M).

Pembacaan kitab Barzanji ini telah menjadi tradisi di Tanah Air, terutama di kalangan warga NU. Pembacaan kitab Barzanji ini umumnya juga digelar dalam setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tepatnya pada 12 Rabi’ul Awal.

BACA JUGA:Bansos Rp600 Ribu 2024 Sudah Cair, Cek Nama Kamu Sekarang Juga di Sini!

Masuknya tradisi Barzanji ke Tanah Air tidak terlepas dari pengaruh orang-orang Persia yang pernah tinggal di Gujarat yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Pendapat yang lain menyebutkan bahwa tradisi Barzanji dibawa oleh ulama bermazhab Syafii, termasuk Syekh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal sebagai gurunya Walisongo. 

Tradisi Barzanji ini lalu berkembang pesat di kalangan pesantren-pesantren yang tersebar di Jawa Tengah hingga Jawa Timur dan sampai ke Provinsi Bengkulu. 

Di Bengkulu tradisi Barzanji masih banyak dijumpai terutama di Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara dan Mukomuko.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: