Catatan Perjalanan Verifikasi Faktual Keanggotaan Parpol 2024

Catatan Perjalanan Verifikasi Faktual Keanggotaan Parpol 2024

KPU Bengkulu Utara saat melakukan verifikasi faktual partai politik peserta pemilu 2024--

Dia mengaku tak tahu apa-apa tentang namanya masuk dalam anggota Parpol. Namun ketika saya minta dia membubuhkan tanda tangan yang menyatakan bahwa dia bukan anggota parpol, dia tetap menolak dan belum mau menandatangani apa-apa sebelum anaknya pulang. "Saya ini ga tau apa-apa. Ga berani tanda tangan," katanya cemas. Saya seolah merasa bersalah. Untungnya, tak lama setelah itu saya mampu menghubungi anaknya, masalah pun selesai. 

Kejadian seperti ibu Tukiyem ini sering saya dan tim temukan. Masih banyak Tukiyem-Tukiyem lain yang juga merasa terganggu karena tiba-tiba namanya masuk dalam keanggotaan Parpol. Bagi mereka yang sedikit kritis, mereka menanyakan tentang dari mana Parpol mendapatkan KTP mereka. Selain itu, banyak pula ditemui data di KTP sama persis dengan KTP sampel yang kami temui, tapi ketika melihat fotonya ternyata berbeda. 

Cerita lain, saat berkunjung ke salah satu rumah warga, saya juga menemukan beberapa anggota keluarga sedang sakit. Mungkin karena cuaca saat ini sedang tidak menentu. Hujan dan panas bergantian hanya selang beberapa menit saja. 

"Anak saya sakit. Tadi dia sempat sekolah, tapi pulang karena sakit. Dia ini TK. Dari 26 orang temannya, hanya 13 orang yang masuk sekolah," ujar salah seorang ibu dengan logat sunda. Dia mengaku dari Banten, merantau ke Pinang Raya ikut suami berkebun. Desa Bukit Makmur ini memang kebanyakan warganya asli Jawa, beberapa diantaranya Sunda. Desa ini masuk dalam wilayah desa yang paling banyak penduduknya dan paling luas wilayahnya di Kecamatan Pinang Raya. 

Gerimis masih turun. Saya tetap melaju dengan sepeda motor untuk mencapai target sasaran. 

Masih banyak sebenarnya cerita lain yang saya temukan. Saya yakin ini juga dialami oleh seluruh komisioner dan jajaran sekretariat KPU se-Indonesia yang turun melakukan verifikasi faktual. Beberapa diantaranya, kami jadi pusat perhatian warga yang sedang berkumpul di balai-balai bambu dan beranda depan rumahnya. Mulai disangka tukang kredit, pegawai leasing dan tukang tagih koperasi simpan pinjam. Padahal kami datang dengan atribut lengkap KPU. Mungkin sudah menjadi kebiasaan kita untuk tidak teliti membaca.  

Ini hanya sekelumit cerita. Bagi saya dan juga anggota tim ini bukan hanya soal tugas dan target deadline tahapan yang makin dekat, tapi verifikasi faktual ini adalah kesempatan untuk turun langsung ke rumah-rumah warga, membaur dengan kehidupan, bercengkrama dan ikut berempati dengan apa yang sedang mereka hadapi. (**) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: