Catatan Perjalanan Verifikasi Faktual Keanggotaan Parpol 2024
![Catatan Perjalanan Verifikasi Faktual Keanggotaan Parpol 2024](https://radarutara.disway.id/upload/56ba62c4eb77ff3714e0f68751629499.jpg)
KPU Bengkulu Utara saat melakukan verifikasi faktual partai politik peserta pemilu 2024--
Oleh : RAMADIANDRI, M.I.Kom
Ketua Divisi Sosdiklih, Parmas dan SDM KPU Bengkulu Utara
PAGI mulai menyingsing. Matahari mulai menampakkan sinarnya setelah tadi malam hujan tak berhenti. Tadi malam saya bersama tim terpaksa bermalam di salah satu penginapan di Kecamatan Ketahun, Bengkulu Utara. Perjalanan dari Arga Makmur ke Ketahun kurang lebih memakan waktu hampir 2 jam dengan beberapa titik jalan rusak parah dan ada juga yang sedang dalam perbaikan. Memang lebih efektif bermalam untuk menyelesaikan sampel yang tidak sedikit di Kecamatan Ketahun dan Pinang Raya.
Jam di handphone ku menunjukkan pukul 07.00 WIB. Tak lama kemudian kami bergegas sarapan. Beberapa suap nasi dengan sambal tempe dan telur dadar masuk ke mulut, handphoneku bergetar. Ternyata istri menelepon. Menanyakan apakah nanti akan pulang atau belum. Maklum, sebelumnya saya hampir sepekan mengikuti Rakor Pembentukan Badan Adhoc di Kendari, Sulawesi Tenggara. Baru sempat menginap semalam di rumah, saya sudah harus pergi lagi.
Besok 28 Oktober 2022. Sumpah Pemuda. Baru saja saya membaca surat KPU RI di grup kantor bahwa besok agendanya upacara di kantor, memperingati Hari Sumpah Pemuda. Itu berarti hari ini kami harus pulang ke Arga Makmur, ibukota Kabupaten Bengkulu Utara, tempat rumah dan kantor.
Pukul 07.30 WIB teman yang sudah janji untuk meminjamkan sepeda motor guna keperluan perjalanan tim kami datang ke penginapan dengan membawa sepeda motornya. Ada 2 sepeda motor. Kami terdiri dari 4 orang tim didampingi dengan teman Bawaslu. Saya langsung membagi menjadi 3 tim untuk berpencar menyelesaikan sampel di dua desa, Marga Bhakti dan Bukit Makmur. Saya dan Mas Amin menggunakan sepeda motor, masuk ke wilayah dengan jalan yang sebagian masih tanah kuning. Karena hujan, medannya makin sulit. Sedangkan satu tim lagi, Pak Umar dan Yanti didampingi Dean menggunakan mobil, menyelesaikan sampel yang memungkinkan terjangkau dengan kendaraan roda empat itu. Dua desa itu berada di Kecamatan Pinang Raya yang merupakan kecamatan pemekaran dari Ketahun. Meski pemekaran, wilayah dan jumlah DPT di kecamatan ini lebih besar dari kecamatan induknya.
Pukul 08.00 WIB kami sudah mulai ke lapangan. Satu persatu menyisiri rumah warga, bertanya, berhenti karena hujan dan kembali melanjutkan perjalanan ketika hujan berhenti. Saat rehat karena hujan tak jarang kami disuguhi kopi oleh warga sembari bercerita tentang kehidupan mereka.
"BBM naik sekarang Mas. Semua jadi serba mahal. Tempe gembus aja harganya sekarang Rp 1500," ujar seorang ibu, Supami yang anaknya masuk dalam salah satu sampel keanggotaan Parpol dengan bahasa jawa. Saya memang bukan orang Jawa. Namun karena banyak teman orang Jawa, sedikit-sedikit saya bisa. Paling tidak mengerti apa yang mereka katakan.
Saking semangatnya bercerita dengan saya, ibu ini sampai memukul-mukul pundak saya bercerita tentang dia baru saja mengajukan pinjaman ke salah satu bank dan langsung disetujui oleh bank. "Saya itu ga pernah nunggak. Jadi pas pengajuan langsung disetujui oleh bank," lanjutnya.
Sebelum berpamitan, ibu ini menanyakan kepada saya, apakah ketika anaknya masuk keanggotaan Parpol, anaknya itu menerima gaji atau tidak. Sebab menurutnya anaknya itu baru menyelesaikan sekolah di bangku SMA dan sekarang sedang nganggur.
"Sebulan lalu sempat kerja di salah satu toke sawit yang pegang DO. Tapi gajinya cuma sejuta, ga dikasih makan dan ga ada penghasilan lain. Ga kuat dia. Gajinya kecil, kerjanya berat," selorohnya.
Saya sempat bingung menjawab. Tapi saya sampaikan saja, soal itu saya kurang tau dan meminta ibu itu menanyakan langsung kepada anaknya nanti.
Berbeda dengan Supami, Tukiyem ketika saya temui di rumahnya dia sedang asyik bermain bersama cucunya. Dia sempat cemas dengan kedatangan saya. Lebih-lebih ketika saya menanyakan namanya. "Ada apa? Dari mana? Kenapa cari saya," ujarnya lagi-lagi dengan bahasa jawa. Setelah saya jelaskan, kecemasannya belum selesai. Dia menyanyakan kok bisa KTP nya ada dengan saya. Ibu ini kelahiran Wonogiri. Sudah lama menetap di Pinang Raya. Anaknya perangkat desa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: