Salah satunya adalah lantunan zikir dan shalawat dengan nada yang khas seperti kidung Jawa. Imam dan muazin juga mengenakan udeng (ikat kepala) sebagai penutup kepala, bukan peci. Suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus tetap merdu tanpa pengeras suara.
5. Ritual Ganti Jaro
Masjid Saka Tunggal memiliki ritual khusus yang disebut "ganti jaro," di mana pagar bambu yang mengelilingi masjid diganti. Seluruh warga Desa Cikakak turut serta dalam ritual ini, dengan mengikuti pantangan seperti berbicara dengan suara pelan dan tidak mengenakan alas kaki.
Ritual ini memiliki makna kebersamaan dan gotong royong, serta dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari manusia. Prosesi ini diakhiri dengan arak-arakan lima gunungan berisi nasi tumpeng.
BACA JUGA:3 Tempat Rahasia Istri yang Tak Boleh Diganggu Siapapun, Bahkan Suami Sekalipun
6. Arsitektur Sederhana yang Berkesan
Bangunan Masjid Saka Tunggal memiliki desain sederhana berbentuk bujur sangkar dengan atap limas. Dindingnya terbuat dari tembok dan anyaman bambu, sementara atapnya dari seng.
Tiang utamanya terbuat dari kayu jati yang memberikan kekuatan pada struktur utama masjid. Menariknya, selama berabad-abad, bangunan utama masjid ini tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pembangunan tembok sekelilingnya.
Masjid Saka Tunggal adalah sebuah perjalanan sejarah yang hidup, mengingatkan kita akan akar Islam di Indonesia dan tradisi yang masih tetap terjaga hingga hari ini.*