Kedurai Agung, Upacara Ritual Adat Masyarakat Rejang di Bengkulu

Kedurai Agung, Upacara Ritual Adat Masyarakat Rejang di Bengkulu

Kedurai Agung, Upacara Ritual Adat Masyarakat Rejang di Bengkulu--

RADARUTARA.ID- Kedurai agung adalah salah satu upacara adat atau ritual yang dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Suku Rejang di Provinsi Bengkulu. upacara adat ini diyakini masyarakat setempat demi menghindari bala, malapetaka, serta menempati janji kepada leluhurnya.

Pengucapan kedurai agung ini ada banyak, sesuai dengan daerah masing-masing. Tetapi maknanya tetap sama, ini mungkin karena adanua faktor wilayah sekitar yang membentuk logatnya masing-masing.

Jika dilihat dari dari jejak ritual adat, kepercayaan kedurai agung ini cenderung bersifat animisme dan condong kepada agama hindu-budha.

BACA JUGA:Meski Pelayanan Tutup, Kades dan Perangkat Desa Sabtu Minggu Tetap 'Ngantor'

Perjamuan dengan pernak pernik yang digunakan dalam ritual adat ini ber-aura mistis, seperti do'a rezeki pada leluhur,punjung (nasi tumpeng), hingga prosesi bakar kemenyan. Kedurai agung ini adalab bentuk nyata terjadi akulturasi kepercayaan leluhur terhadap agama hindu budha.

Kedurai agung ini umumnya dilaksanakan dari 6 syawal hingga berakhirnya bulan syawal. Proses yang pertama yang dikerjakan oleh masyarakat setempat yaitu "mengipung" sebagai bentuk rasa tolong menolong dan kerja sama antar warga setempat, mengipung ini umumnya dilakukan oleh remaja yang ada di desa untuk mendatangi satu persatu rumah warga.

Umumnya yang diperoleh dari proses mengipung ini yaitu beras dan uang, kemudian beras yang dihasilkan dari proses mengipung ini dijual untuk menghasilkan uang.

BACA JUGA:Ini 5 Motor Bekas yang Dijual Dibawah Rp4 Jutaan, Namun Peforma Tetap Prima

Biasanya uang yang telah terkumpul, sesepuh akan mebeli bahan-bahan yang dibutuhkan. Salah satunya yakni "Ragi" untuk pembuatan tape, sesudah pembuatan tape ini selesai, hari berikutnya sesepuh akan membuat "apem"untuk melaksanakan kedurai agung sampai dengan punjung atau biasa dikenal dengan nasi tumpeng.

Seusai pembuatan Tape, Apem, Punjung, dan lainnya, sesepuh akan membakar kemenyan dirumahnya sambil membacakan do'a dengan harapan agar desa dan warga setempat akan dijauhkan dari segala bala dan malapetaka.

Seusai membakar kemenyan di rumah sesepuh, kemenyan akan dibakar lagi dan ditambah air jeruk nipis kemudian dibawa mengelilingi warga yang melakukan prosesi keduarai agung ini. Setelah itu warga kembali lagi ke rumah sesepuh untuk menyantap Tape dan Apem yang telah dimasak oleh warga sebelum melakukan ritual kedurai agung ini.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: