Kenapa Banjir Demak dan Selat Muria Dikaitkan dengan Ramalan Jaya Baya? Cek Faktanya

Kenapa Banjir Demak dan Selat Muria Dikaitkan dengan Ramalan Jaya Baya? Cek Faktanya

Kenapa Banjir Demak dan Selat Muria Dikaitkan dengan Ramalan Jaya Baya? Cek Faktanya--

Namun sekitar 1657, endapan sungai yang bermuara di selat itu terbawa ke laut sehingga selat ini semakin dangkal dan menghilang. Dan selanjutnya Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa. 

BACA JUGA:Mitos Kambing Kendit dan Banjir Demak, Sopir Excavator Mengaku dapat Peringatan dari Pak Tua hingga Nemu Ular

Konkretnya, pada mas aglasil sekitar 600.000 tahun silam. Gunung Muria serta pegunungan k cik di Patiayam dulunya bergabung dengan dataran utama Pulau Jawa. Itu, terjadi karena suhu bumi turun dalam waktu yang lama.

Sehingga permukaan laut turun rata-rata 100 meter. Namun pada interglasial, kondisi itu berbalik. Suhu bumi meningkat menyebabkan es mencair.

Alhasil, volume air laut meningkat membuat dataran Gunung Muria dan Pulau Jawa terpisah oleh laut dangkal yang tidak terlalu lebar hingga menjadi selat.

Selat Muria adalah jalur perdagangan dan transportasi yang ramai dilalui. Selat itu menjadi jalan antara masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa dengan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau lainnya.

BACA JUGA:Jelang Libur Lebaran, AEP Umumkan Jadwal Terakhir Penerimaan TBS

Dengan adanya selat tersebut, masyarakat yang ingin bepergian antara Kudus dan Demak harus menggunakan kapal. Keberadaan selat ini pulalah yang dahulu membuat Kerajaan Demak menjadi kerajaan maritim.

Keberadaan selat tersebut juga menjadikan kawasan Selat Muria sebagai lokasi galangan kapal yang memproduksi kapal-kapal jukung Jawa yang terbuat dari kayu jati yang banyak ditemukan di Pegunungan Kendeng yang terletak di sebelah selatan selat.

Keberadaan industri galangan kapal menjadikan daerah ini lebih kaya dibandingkan dengan pusat Kerajaan Majapahit, sehingga daerah ini yang didominasi para pedagang muslim yang dijuluki oleh Tomé Pires (penulis Portugis) sebagai "penguasa kapal jung.

Kendati demikian, kebenaran ramalan Jayabaya dan bencana yang terjadi kembali kepada keyakinan masing-masing. Sebab, sudah seharusnya tetap berpegang teguh pada kehendak Tuhan yang Maha Esa.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: