Begini Kisah Perjuangan Masyarakat Bengkulu di Monumen Thomas Parr

Begini Kisah Perjuangan Masyarakat Bengkulu di Monumen Thomas Parr

Begini Kisah Perjuangan Masyarakat Bengkulu di Monumen Thomas Parr--

RADARUTARA.ID - Di Kota Bengkulu ada sebuah Monumen yang dibangun untuk mengenang Thomas Parr, merupakan seorang Residen Bengkulu dari Inggris yang tewas ditikam dan kemudian dipenggal kepalanya oleh masyarakat setempat pada tahun 1807 saat ia sedang beristirahat di rumahnya. Thomas Parr diduga dibunuh oleh orang-orang Bugis yang bekerja sebagai anggota keamanan perusahaan dagang Inggris (East India Company).

Thomas Parr merasa khawatir karena perkembangan kekuatan pasukan Bugis ini serta berupaya untuk mengurangi peran mereka, tetapi orang Bugis merasa tidak senang sampau akhirnya ia terbunuh.

Inggris membalas kematian Thomas Parr dengan menembaki beberapa penguasa lokal yang dicurigai ada dibalik pembunuhan tersebut dan meratakan desa-desa yang menjadi tempat tinggal mereka.

Residen Thomas Parr (1805-1807) merupakan penguasa Inggris ke-49 yang diangkat pemerintah Inggris. Thomas Parr tiba di Bengkulu pada 27 September 1805, yang menggantikan Walter Ewer. Thomas Parr terkenal sebagai penguasa Inggris yang angkuh dan ganas, dia merupakan orang pertama yang memperkenalkan tanaman kopi dengan tanaman paksa di Provinsi Bengkulu.

BACA JUGA:Pantau Harga Sembako Jelang Lebaran, Kapolsek : Jangan Ada yang Timbun Beras

Kekejaman dan keangkuhan dari Thomas Parr bukan cuma dirasakan oleh masyarakat pribumi, namun juga oleh orang-orang Bugis yang bekerja pada kompeni Inggris, bahkan dirasakan pula oleh pejabat Inggris lainnya.

Thomas Parr juga dianggap terlalu jauh melangkah mencampuri urusan kepemimpinan tradisional dan adat warga Bengkulu, mulai dari membuat pertentangan antara rakyat dengan pangeran Sungai Hitam dan peradilan.

Sampai akhirnya puncak dari kebencian masyarakat Bengkulu tidak terbendung lagi di malam 23 Desember 1807, Thomas Parr yang ada di rumah keduamannya Mount Felix (Sekarang sudah menjadi Rumah Dinas Gubernur atau Gedung Daerah) dihabisi oleh masyarakat Bengkulu dibawah pimpinan Depati Sukarami, Depati Pagar Dewa dan Depati Lagan.

Kesaksian dari isteri Parr mengatakan bahwa ada tiga orang yang masuk kerumah untuk membunuh Parr, asistennya Charles Murray yang berusaha melindungi majikannya terluka hingga akhirnya juga meninggal, sedangkan dia sendiri hanya terluka. Dari kesaksian isteri Parr sudah jelas bahwa tujuan penyerang hanya kepada Thomas Parr.

BACA JUGA:Lingkungan Tempat Tinggal Pasien DBD di Putri Hijau Difoging, Kapus Sampaikan Pesan Ini ke Masyarakat

Untuk pembalasan, Inggris bertindak keji hingga membabi buta dan menghancurkan dusun-dusun di Sukarami, Pagar Dewa dan Lagan tanpa adanya prikemanusiaan. Bukan cuma penduduk yang menjadi sasaran mereka, tetapi hewan ternak juga tak luput dari amukan tentara Inggris yang kehilangan kendali.

Di tahun 1808 Inggris mendirikan Monumen untuk memperingati kematian Thomas Parr yang berlokasi 100 meter dari Benteng Marlborough, dalam pembangunannya rakyat dipaksa dengan kekerasan supaya pembangunannya bisa selesai dalam waktu yang sudah ditentukan.

Monumen ini terkenal dengan sebutan Kuburan Bulek oleh masyarakat Bengkulu. Inggris sengaja mendirikan monument ini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap Thomas Parr. Sedangkan bagi masyarakat Bengkulu ditafsirkan sebagai penghargaan terhadap para pejuang tak dikenal dan sudah mati demi mempertahankan hak dan kemerdekaaan tanah leluhurnya dari penindasan yang dilakukan oleh kolonial Inggris.

Kuburan Bulek ini juga bentuk simpul persatuan rakyat Bengkulu dalam melakukan protes dan air mata darah masyarakat Bengkulu yang sudah ditumpah paksakan oleh kesemenaan Inggris, juga menjadi tonggak sejarah yang mengandung nilai historis yang tak ternilai bagi generasi saat ini.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: