Asal Usul Provinsi Bengkulu, Perkara Lamaran Ditolak Kerajaan Aceh jadi Berontak
Asal-usul Provinsi Bengkulu, Perkara Lamaran Ditolak Kerajaan Aceh Jadi Berontak--
RADARUTARA.ID - Dulu, ada sebuah kerajaan yang berdiri di Provinsi Bengkulu, bernama Kerajaan Serut. Kerajaan itu dipimpin oleh Ratu Agung yang mempunyai 6 orang putra dan 1 orang putri. Putra pertama dengan nama Pangeran Anak Dalam, sedangkan sang putri bungsu bernama Putri Gading Cempaka.
Setelah ayahnya wafat, Pangeran Anak Dalam lalu menggantikan sang ayah menjadi seorang Raja. Dibawah kepemimpinannya, rakyat Kerajaan Serut hidup dengan makmur dan hasil panen yang berlimpah.
Bahkan, perdagangan di Kerajaan Serut juga cukup maju, banyak kapal-kapal dagang yang bersandar sampai memenuhi pelabuhan Serut.
Lalu pada suatu hari, ada sebuah kapal perang datang ke Kerajaan Serut, yang kemudian diketahui bahwa maksud kedatangan pangeran Aceh, untuk bertamu.
Setelah berbincang-bincang, ternyata Pangeran Aceh tersebut mempunyai maksud untuk meminang sang adik dari Pangeran Anak Dalam, yakni Putri Gading Cempaka.
Tetapi sayangnya, lamaran tersebut ditolak oleh Putri Gading Cempaka.
Karena lamarannya ditolak, beberapa bulan kemudian ada banyak kapal perang datang ke Kerajaan Serut. Kapal-kapal tersebut bergerak menyusuri sungai besar yakni Sungai Serut sebelum sampai ke Kerajaan Serut.
Mengetahui hal tersebut, prajurit Kerajaan Serut pun menebang pohon lalu menghanyutkannya ke sungai. Akibat banyaknya batang pohon yang dihanyutkan sehingga membuat kapal perang Kerajaan Aceh kesusahan untuk sampai ke Kerajaan Serut.
Kapal perang Aceh akhirnya berhasil mendarat di kaki gunung, tak lama para pasukan Aceh dihujani dengan anak panah yang membuat mereka terpaksa turun dari kapal dengan menggunakan tameng.
Perang tersebut tidak bisa dihindarkan dan terjadi selama berbulan-bulan sampai korban dari kedua belah pihak kerajaan ikut berjatuhan.
Raja Anak Dalam dan para pengikut pergi ke Gunung Bungkuk lantaran tidak tahan dengan peperangan yang terjadi selama ini.
Meskipun kedua belah pihak memutuskan untuk berdamai hingga mengakhiri perang itu, istana dan sungai menjadi porak poranda.
Prajurit Aceh akhirnya kembali ke kerajaan mereka, tetapi Raja Anak Dalam memilih untuk tetap tinggal di Gunung Bungkuk.
Lalu Raja Anak Dalam membangun istana baru dan mendirikan kerajaan baru. Daerah tersebut juga berubah penamaannya menjadi Empang Ka Hulu, lalu berubah menjadi Pangkahulu sampai disebut Bengkulu seperti yang saat ini kita kenal. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: