Karir Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Ganasnya Lubang Buaya

Karir Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Ganasnya Lubang Buaya

Jendral Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Yang Gugur Dalam Ganasnya Lubang Buaya.--

RADARUTARA.ID - Ahmad Yani, seorang pahlawan revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI, meninggalkan jejak yang menginspirasi.

Ia lahir di Desa Jenar, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922. Sejak kecil, Ahmad Yani terinspirasi oleh sosok Pangeran Diponegoro dan mengagumi ceritanya yang diwariskan oleh para orang tua di desanya.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Hollands Inlandsche School (HIS), Ahmad Yani melanjutkan ke tingkat menengah di Middlebare Uitgebreit Onderwijs (Mulo) di Bogor. Pada 1938, ia merantau ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di Al-Gemene Middlebare School (AMS) dengan jurusan ilmu pasti.

Pada saat Perang Dunia II meletus, Ahmad Yani turut serta dalam wajib militer yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda.

BACA JUGA:Puluhan Ribu Bansos Dinonaktifkan Kemensos, Lurah di Gunung Kidul Jadi Sasaran Warga

Ia menjalani pendidikan milisi Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) di Magelang dan Bogor sebelum ditugaskan ke Bandung dengan pangkat Sersan.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Ahmad Yani bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) atau TNI. Ia bersama pasukan PETA membentuk Batalion III BKR atau yang kemudian dikenal sebagai Resimen XIX. Mereka berhasil merebut senjata tentara Jepang di Magelang dan Yogyakarta.

Ahmad Yani juga berperan penting dalam menumpas pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Tengah saat Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tahun 1952. Ia memimpin satuan khusus yang dikenal dengan Banteng Riders dan berhasil mengatasi pemberontakan tersebut.

Dalam perjalanan karir militernya, Ahmad Yani juga mengikuti berbagai pendidikan di luar negeri, seperti Command and General Staff College di Amerika Serikat dan Special Warfare Course di Inggris. Ia juga terlibat dalam meredam pemberontakan PRRI di Sumatera Barat pada tahun 1958.

BACA JUGA:Gawat! Ditenggat 29 September, Jika Tidak Terpenuhi, Formasi PPPK Bengkulu Utara Diambil Alih Pusat

Pada 23 Juni 1962, Ahmad Yani diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan A.H. Nasution. Kedekatannya dengan Presiden Soekarno membuatnya sering dikagumi oleh sang presiden. Salah satu prestasinya adalah saat ia ditunjuk sebagai Kepala Staf Gabungan Komando Operasi Tertinggi (KOTI) dalam pembebasan Irian Barat.

Namun, nasib tragis menimpa Ahmad Yani pada peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965. Ia dan lima jenderal lainnya serta seorang perwira ditemukan tewas di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965. Atas jasa-jasanya, Ahmad Yani dan enam orang lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Ahmad Yani adalah sosok perwira cerdas, gagah, dan bertanggung jawab. Jasa dan pengabdiannya terhadap negara dan bangsa membuatnya dihormati dan dianggap sebagai pahlawan revolusi. Meskipun waktu telah berlalu, kenangan akan jasa-jasanya tetap dikenang dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: