Mengungkap Misteri Rel Kereta Warisan Belanda yang Banyak Dibiarkan Mati, Pekerja Berideologi Komunis?
Mengungkap Misteri Rel Kereta Warisan Belanda yang Banyak Dibiarkan Mati, Pekerja Berideologi Komunis?--
RADARUTARA.ID - Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) ada sekitar 3.343 Kilometer jalur kereta, yang sudah lama tidak digunakan lagi dari total 8.159 kilometer atau sekitar 40 persen.
Kebanyakan rel-rel itu berada di Pulau Jawa dan sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda tahun 1867-1930 silam. Rentang tahun 1970-an sampai 1990-an banyak rel kereta yang ditutup atau tidak lagi dioperasikan oleh pemerintah.
Penyebabnya karena sudah tidak ada lagi aktivitas pertambangan yang biasa menggunakan jalur rel pengangkut batu bara. Sementara, angkutan kereta penumpang yang berhenti operasi di Pulau Jawa karena sepinya peminat ketika itu.
Djoko Setijowarno selaku Pengamat Perkeretapian mengungkapkan pemerintah pada masa lalu memang melupakan kereta sebagai transportasi massal yang penting. Nyatanya di periode Orde Baru, pemerintah lebih banyak membangun jalan.
"Pemerintah perhatian terhadap transportasi jalan, jadi imbasnya sampai saat ini," ucap Djoko.
BACA JUGA:Raup Omzet Rp100 Juta Per Minggu, Polda Riau Ungkap Kasus Judi Online di Pekanbaru
Dirinya mengungkapkan tentang penyebab perhatian pemerintah fokus ke jalan lantaran di periode itu terutama pada tahun 1970-1980-an adalah periode berkembangnya industri otomotif roda dua sampai roda empat, terutama untuk industri Jepang.
Kondisi inilah yang secara tidam langsung berdampak kepada nasib perkeretaapian yang mulai tersisihkan, sebab publik mulai dikenalkan kendaraan pribadi yang diproduksi secara massal.
"Jadi ketika Orde Baru memang lebih difokuskan kepada jalan. Indonesia dijajah industri otomotif," ujarnya.
Djoko menjelaskan faktanya, di negara-negara maju misalnya sepertu Jepang, di periode tersebut mereka malah sedang gencar-gencarnya membangun transportasi umum seperti kereta. Sementara produk otomotif seperti sepeda motor justru tidak laku di Jepang.
"Kendaraan-kendaraan tersebut justru tidak laku di negara asalnya, sebab aturan yang ketat dan diberi kemudahan untuk mendapatkan transportasi umum," ucap Djoko.
Menurutnya sejak orde baru sampai saat ini, justru yang berkembang yaitu industri otomotif. Produksi motor dan mobil terus bertambah setiap waktu, sehingga berdampak pula terhadap peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Produksi sepeda motor naik dan ditambah juga dengan kemudahan untuk mendapatkan kredit murah," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: