Temuan Aliran Sesat di Tangerang, Libatkan Anjing Hitam, Peziarah Ucapkan Istighfar Terbalik

Temuan Aliran Sesat di Tangerang, Libatkan Anjing Hitam, Peziarah Ucapkan Istighfar Terbalik

Temuan Aliran Sesat di Tanggerang Melibatkan Anjing Hitam, Peziarah Ucapkan Istighfar Terbalik--

RADARUTARA.ID - Media Sosial dihebohkan dengan viralnya video menampilkan sejumlah orang yang diduga pengikut aliran sesat di Desa Cibugel, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten. 

Ritual ini dinilai tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, karena dalam praktik ritualnya melibatkan seekor anjing berwarna hitam, yang mana anjing tersebut akan menjilat terlebih dahulu peziarah yang ingin turut serta dalam ritual sesat tersebut. 

Diketahui para peziarah itu merupakan anggota dari sebuah sekte pimpinan Aliyudin atau Abah Ali, yang mana mereka melakukan ritual dengan memuja kuburan kosong yang dibangun di dalam rumah Abah Ali

Yang lebih parahnya lagi, dalam video berdurasi 10 detik itu terlihat para peziarah mengucapkan kalimat zikir secara terbalik dari astaghfirullahaladzim menjadi haladzimastaghfirullah. 

Menurut Camat Cisoka, Encep Sahayat bahwa aliran sesat itu ditemukan karena informasi dari masyarakat setempat. Lalu pihaknya dan beberapa instansi terkait langsung mengecek lokasi temapt ritual aliran sesat itu. 

"Setelah melakukan koordinasi kita langsung mendatangi tempat Aliyudin di Kapung Cibuluh. Kemudian kami melihat langsung tempat ritual seperti apa dan betul di situ ada makam (tempat dijadikan ritual)," kata Encep pada Rabu (15/2).

Forum Komuniasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) menelusuri tempat pemimpin aliran sesat itu dan menemukan sebuah ruangan yang berisikan tiga makam di dalamnya. Dapat dipastikan setelah dicek dengan seksama, itu hanyalah makam buatan dan bukan makam sungguhan. 

"Dipastikan itu bukan makam sungguhan. Karena itu buatan sendiri dari Aliyudin. Dan setelah itu mereka pun melakukan pembongkaran," ucapnya. 

Pimpinan aliran sesat, Aliyudin mengakui perbuatannya salah dan tak sesuai kaidah Islam kepada Forkopimcam.

"Yang bersnagkutan (pelaku) menyadari apa yang dilakukannya itu tidak sesuai dengan kaidah Islam sebagai mana seharusnya dilakukan itu. Selanjutnya, setelah mendengarkan beberapa pendapat dia bersedia untuk menghentikan kegiatan ritual tersebut," ungkap Forkopimcam. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: