Indeks Sembako Didongkrak Corona

Indeks Sembako Didongkrak Corona

ARGA MAKMUR RU - Serangan virus corona atau Covid-19, turut mendongkrak nilai indek bantuan sosial sektor pangan. Menteri Sosial Juliari P. Batubara dalam lawatan kerjanya di Bengkulu Utara (BU), kemarin, menyampaikan peningkatan indeks bansos pangan Sembako, yang awalnya Rp 150 ribu/Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi bagian dalam crash program pemerintah, pascaserangan virus yang bermula di Kota Wuhan, China yang sudah menelan banyak nyawa. Ini artinya, bansos pangan yang akan diterima 19.433 KPM itu, bisa saja turun mengikuti kebijakan pusat yang memperkirakan akan memberlakukan crash program itu hingga triwulan ketiga tahun anggaran berjalan itu. \"Ini menjadi bagian dari salah satu instrumen fiskal pemerintah pusat. Salah satunya, menyikapi persoalan Covid-19,\" kata Mensos, kemarin. Sembari gelontoran angka bansos sektor pangan di Provinsi Bengkulu, program sembako yang sudah disalurkan senilai Rp 61.662.100.000 yang terpapar kepada 125.117 KPM. Untuk Kabupaten Bengkulu Utara, lanjut dia, angkanya sebesar Rp 9.731.800.000 dengan 19.433 KPM. Tidak hanya beras dan telur yang diatur dalam program Sembako. Perluasan sasaran program, kata dia, diperluas dengan konsentrasi kecukupan karbohidrat masyarakat seperti jagung, singkong, ubi, sagu serta umbi-umbian lainnya. Protein hewani seperti daging ayam, daging, ikan, protein nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan, serta vitamin mineral seperti sayuran dan buah-buahan. “Jika dalam enam bulan prospek ekonomi sudah membaik maka nilai bantuan Program Sembako akan kembali ke angka Rp 150.000 per bulan,” kata Mensos sambil ditimpali kemungkinan perpanjangan ketika dirasa kenaikan bantuan itu masih diperlukan, namun dengan keputusan pemerintah. Soal perlambatan ekonomi, turut disinggung Mensos. Lagi-lagi, wabah dunia yang dipicu paparan Covid-19 itu, menjadi bagian dalam prediksi geliat ekonomi global, yang berimplikasi pula dengan perlambatan ekonomi nasional. \"Ini merupakan respon pemerintah untuk menjaga konsumsi di lapisan terbawah agar tidak terganggu oleh perlambatan ekonomi,” kata Mensos Juliari, memungkas. (bep)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: