Karena Orang Tua Tak Butuh Harta Anak
Rela Tinggal Sendiri Agar Tak Memberatkan SORE itu, di tengah hamparan persawahan Desa Karya Jaya, Kecamatan Marga Sakti Sebelat, duduk diteras pondok, seorang kakek uzur bercucuran keringat, tengah mengatur detak jantung dan nafasnya, usai turun dari mencangkul sawah. Dengan pakaian berlumpur, wajahnya terlihat begitu damai melihat hasil kerjanya sore itu. Bagaimana kisah sang kakek yang hidup di sawah dengan penuh ketenangan? Simak laporan berikut; OLEH: SUHENDRA FA Adalah Kakek Ponirin. Lelaki yang lahir pada tahun 1923 lalu dan tinggal sebatang kara di pondok itu. Ia menyatakan sudah 18 tahun lamanya, tinggal sendiri di tengah hamparan sawah tersebut. Kesendiriannya tersebut, mulai terjadi setelah istrinya meninggal dunia pada saat tinggal bersama di Lampung. Kakek Ponirin mengaku, jika dirinya bukan merupakan warga asli Desa Karya Jaya. Ia hanyalah seorang pendatang yang sengaja mencari kerja di daerah yang tidak jauh dari tempat tinggal anaknya. Kedua anaknya tersebut, diakuinya lebih dulu berdiam di desa ini. Hanya saja, lantaran tidak ingin membebankan anak-anaknya. Ia memilih untuk hidup sendiri. Ia pun bersyukur atas niatan baiknya itu, ia dipercaya oleh salah seorang warga untuk mengelola lahan sawah seluas 3/4 Hektar. Yang saat ini juga menjadi lokasi tempat tinggalnya tersebut. Dalam kesempatan itu juga, kakek berusia 97 tahun ini, sempat berulangkali diminta oleh anak-anaknya untuk tinggal bersama. Hanya, saja selama itu pula ia mengaku menolak dan memilih bertahan tinggal sendiri. \"Saya hanya berpesan dengan anak-anak saya. Selagi saya masih kuat untuk mencangkul. Biarkan saja saya tinggal di sini sendiri. Tapi, jika suatu saat nanti, saya sudah tidak kuat lagi. Saya mau untuk dijemput pulang ke rumah mereka,\" ungkapnya. Diakuinya, pasca sepeninggalan sang istri, memanglah cukup berat. Ia dengan terpaksa harus belajar memasak untuk bisa dimakan dalam kesehariannya. \"Selama ini saya tidak bisa masak. Dan baru di sinilah saya belajar memasak. Itu juga hanya masak sambal atau makanan yang kering saja. Untuk masak sayur saya belum bisa,\" kisahnya. Meski begitu, anak-anaknya juga tidak jarang mengirimkan makanan kepada dirinya. \"Ya, sesekali saya dikirim oleh anak-anak makanan. Disitulah saya bisa makan sayurnya selama ini,\" jelasnya. Bagi dirinya, kebahagiaan seorang anak merupakan hal yang sangat penting. Maka, selama ia masih kuat bekerja ia tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Selama belasan tahun itu, Ia tinggal di pondok kayu yang penuh dengan lubang-lubang angin dan berlantaikan tanah. Menurutnya, kebahagiaan anak merupakan kebahagiaan yang hakiki baginya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: