RADARUTARA.ID- Dalam perjalanan evolusi manusia, dua spesies yang sering menjadi fokus perhatian para ilmuwan adalah Homo neanderthal dan Homo sapiens.
Meskipun keduanya memiliki kekerabatan yang dekat hingga sering dianggap kembar, penelitian ilmiah telah mengungkap berbagai perbedaan signifikan di antara keduanya.
Sejarah penemuan kedua spesies ini memiliki latar belakang yang berbeda.
Homo neanderthal pertama kali diidentifikasi melalui fosil Neanderthal 1 yang ditemukan di Jerman pada tahun 1856.
Nama spesies ini kemudian diresmikan oleh ahli geologi William King pada 1864, mengambil nama dari lokasi penemuannya di Lembah Neander.
Sebelumnya, fosil-fosil Neanderthal sebenarnya telah ditemukan di Engis, Belgia (1829) dan Tambang Forbes, Gibraltar (1848), namun baru dikenali sebagai Neanderthal setelah penemuan di Jerman.
Di sisi lain, fosil Homo sapiens pertama ditemukan di Jebel Irhoud, Maroko, pada era 1960-an.
Awalnya, fosil ini diperkirakan berusia 40.000 tahun, namun penelitian lanjutan mengungkapkan bahwa spesies ini telah ada sejak 100.000 hingga 350.000 tahun yang lalu.
Dari segi fisik, kedua spesies menunjukkan perbedaan yang mencolok.
Homo neanderthal memiliki karakteristik wajah yang distingtif dengan dahi miring, alis tebal melengkung, hidung lebar dan menonjol, serta dagu yang lebih kecil.
Tengkorak mereka cenderung memanjang dan rendah, berbeda dengan Homo sapiens yang memiliki tengkorak bulat dan tinggi.
Struktur tubuh Homo neanderthal juga unik, dengan tinggi rata-rata 150-170 cm, badan berotot, bahu lebar, dan pinggul melebar.
Mereka memiliki kapasitas paru-paru 20% lebih besar dari manusia modern, dengan proporsi lengan dan kaki bagian bawah yang relatif lebih pendek dibanding bagian atas.
Pola makan kedua spesies mencerminkan adaptasi mereka terhadap lingkungan.
Homo neanderthal lebih banyak mengonsumsi daging karena hidup di iklim yang lebih dingin, dengan teknik berburu yang menggunakan tombak untuk menyergap mangsa dari jarak dekat.