Jejak Sejarah Bumi, Menyingkap Keberadaan Hutan Purba di New York

Jumat 10-01-2025,10:42 WIB
Reporter : Lia Junita
Editor : Septi Maimuna

RADARUTARA.ID- Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan gemerlap kota, tersembunyi sebuah warisan alam yang menjadi saksi bisu perjalanan planet kita.

Berlokasi di Cairo, Greene County, New York, ditemukan sebuah hutan purba yang mengejutkan para ilmuwan dengan usianya yang mencapai 385 juta tahun.

Penemuan ini mendobrak anggapan umum bahwa hutan tertua berada di kawasan Amazon atau wilayah tropis lainnya.

Keunikan hutan purba Cairo terletak pada struktur geologisnya yang luar biasa.

Dalam area seluas setengah lapangan football Amerika, terbentang lantai tambang terbengkalai yang menyimpan jejak kehidupan masa lampau.

Dr. Christopher Berry, seorang paleobotanis dan pengajar senior dari University of Cardiff, menjelaskan bahwa lokasi ini memiliki nilai ilmiah yang sangat berharga karena menyajikan irisan horizontal tanah yang tepat berada di bawah permukaan hutan purba tersebut.

Hutan ini menjadi habitat bagi dua spesies pohon purba yang menakjubkan: Cladoxylopsids dan Archaeopteris.

Cladoxylopsids hadir dengan karakteristik menyerupai pakis, sementara Archaeopteris menampilkan struktur yang lebih kompleks dengan batang berkayu dan daun pipih yang tersusun pada dahan mirip pelepah.

Yang mengagumkan, sistem perakaran Archaeopteris ditemukan membentang hingga lebih dari 11 meter, menunjukkan kompleksitas evolusi tumbuhan yang belum pernah terungkap sebelumnya.

Kehadiran hutan purba ini memberikan pemahaman baru tentang evolusi kehidupan di Bumi.

Sebelum era ini, akar tumbuhan umumnya tidak bercabang dan memiliki masa hidup yang singkat.

Namun, penemuan di Cairo menunjukkan bagaimana tumbuhan mulai mengembangkan sistem perakaran yang lebih kompleks dan tahan lama.

Para ilmuwan bahkan yakin masih ada kemungkinan penemuan spesies ketiga yang bereproduksi melalui spora, bukan biji.

Dampak ekologis dari keberadaan hutan purba ini sangatlah signifikan terhadap pembentukan iklim Bumi.

Kevin Boyce, ahli geosains dari Universitas Stanford, menjelaskan bahwa sistem perakaran yang dalam mampu menembus dan memecah bebatuan, memicu proses pelapukan yang mengubah karbon dioksida atmosfer menjadi ion karbonat dalam air tanah.

Kategori :