RADARUTARA.ID- Semar, sosok punakawan ikonik dalam pewayangan Jawa, tak hanya menghibur dengan tingkah lucunya, tetapi juga menyimpan nilai-nilai luhur yang sarat makna. Sosoknya yang unik, lahir dari telur dan memiliki penampilan sederhana, justru mencerminkan kebijaksanaan dan keselarasan antara alam dan manusia.
Dua versi mitos Jawa menceritakan asal-usul Semar. Versi pertama mengisahkan Sang Hyang Wenang dan Dewi Rekawati yang melahirkan tiga makhluk antropomorfis dari sebuah telur. Dua di antaranya, Tejamantri dan Ismaya, kemudian menjelma menjadi Togog dan Semar, yang ditugaskan untuk melindungi bumi.
Versi kedua menuturkan Sang Hyang Wenang menetaskan telur yang menghasilkan Manik dan Maya. Maya menjelma menjadi Semar, penjaga bumi, sedangkan Manik menjadi Bathara Guru, raja para Dewa.
Semar digambarkan dengan perawakan ndeso yang tidak menonjolkan kehebatan fisik. Rambutnya yang berbentuk kuncung melambangkan kerendahan hatinya sebagai pelayan. Penampilannya yang sederhana ini justru mengandung nilai-nilai luhur dan sarat makna.
Dalam seni wayang kulit, Semar memiliki lima wanda yang menggambarkan sikap dan suasana batinnya, yaitu mega, dunuk, mbrebes, ginuk, dan miling. Wanda-wanda ini mencerminkan kebijaksanaan, keluwesan, dan kemampuannya dalam menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan.
Semar dikenal sebagai pembenah gara-gara, pelayan para Pandawa, dan penasihat spiritual yang bijaksana. Ia memiliki kemampuan untuk melihat masa depan dan memahami dinamika sosial dan budaya.
Sifat rendah hati, kehidupan sederhana, dan kemampuannya dalam menyeimbangkan lingkungan sosial dan fisik menjadikan Semar sebagai simbol kedamaian dan keselarasan dalam kehidupan manusia.
BACA JUGA:Wow, Ini Deretan Negara Terindah di Dunia, Ada Indonesia!
Melalui kisahnya, Semar mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan, kesederhanaan, kesabaran, dan ketulusan. Nilai-nilai luhur ini, yang terkandung dalam karakter Semar, tetap relevan dan penting dalam konteks kehidupan modern saat ini.
Dengan segala sifat dan karakteristiknya, Semar menjadi tokoh yang dihormati dan dihargai dalam kebudayaan Indonesia. Perannya sebagai pamong, penasihat spiritual, dan pengayom menjadikan Semar sebagai simbol manunggaling kawula gusti, yaitu persatuan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Kisah Semar bukan hanya cerita rakyat biasa, tetapi merupakan warisan budaya yang sarat makna dan nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan dan dipelajari oleh generasi penerus bangsa.*