Mengulik Sejarah Warga Muslim di Dusun Angansari : Memeluk Agama Islam Gara-gara Kaki Terluka

Kamis 11-04-2024,08:00 WIB
Reporter : Sigit Haryanto
Editor : Septi Maimuna

RADARUTARA.ID- Sebuah Masjid berkelir putih terletak di dusun Angansari, Desa Kutuh, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. Masjid dengan nama Nurul Iman, itu berbentuk huruf L dan berdiri di Desa Kutuh yang mayoritas memeluk agama Hindu. 

Diketahui, total ada sebanyak 16 keluarga di dusun Angansari yang saat, ini sudah memeluk agama Islam. Kampung muslim di dusun tersebut baru terbentuk pada 1982.

Seorang Takmir Masjid Nurul Iman, Mustaqim, mengisahkan, bahwa terbentuknya kampung Islam disana tak lepas dari kejadian aneh yang dialami oleh kakeknya, Irasun. 

Kala itu dikisahkan Mustaqim, Irasun pernah mengalami luka di kaki karena tertimpa batang kayu besar di hutan. Luka, itu tak kunjung sembuh meskipun kakeknya mencoba beragam tambar.

"Sudah berobat secara medis tidak ada perubahan. Akhirnya memutuskan mencoba ke balian (guru spiritual di Bali)," ujar Mustaqim, dikutip dari detikBali, di Masjid Nurul Iman, Sabtu 23 Maret 2024.

BACA JUGA:Puasa Syawal dan Senin Kamis Digabung, Apa Boleh? Berikut Penjelasannya

Selanjutnya, Putra Irasun, I Wayan Warsa, meminta petunjuk secara niskala melalui balian di desa setempat hingga ke Buleleng. Menurut balian itu, kaki Irasun akan sembuh sendiri. Syaratnya, keluarga Irasun memeluk Islam.

Irasun dan keluarganya sempat ragu dengan saran balian itu. Namun, saat mendatangi guru spiritual lain, jawabannya sama.

Lalu, Irasun, seketika meminta anak-anaknya menelusuri jejak keberadaan leluhurnya melalui berbagai sumber tertulis. Singkat cerita, Mustaqim mengisahkan, keluarga Irasun disebut-sebut punya hubungan kekerabatan dengan orang Sasak yang bermukim di wilayah Tibulaka, Desa Bukit, Karangasem, Bali.

Berdasarkan sumber tersebut, Mustaqim mengungkapkan,  bahwa sebagian besar warga Dusun Angansari dan sekitarnya adalah keturunan pasukan kerajaan dari Lombok yang ditugaskan berperang ke Bali. Mereka ditugaskan pada tahun 1890-an.

BACA JUGA:Bukan Nakal, Ternyata Ini Arti Orang yang Memiliki Pusaran atau uyeng-uyeng Dua di Kepalanya

Para pasukan yang sudah tidak berperang itu tinggal di Karangasem. Anak-anak mereka kemudian menyebar ke berbagai daerah dan menikah dengan penduduk setempat yang beragama Hindu. Salah satunya menetap di Dusun Angansari.

"Beberapa keturunan selanjutnya ikut menganut Hindu," tutur pria berusia 42 tahun itu.

Setelah berembuk panjang, Irasun dan anak cucunya yang seluruhnya berjumlah tujuh keluarga, memutuskan masuk Islam pada 1982. Prosesi pindah agama pria berusia 60 tahun dan keluarganya itu disaksikan para tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali yang kala itu diketuai KH Habib Adnan.

Irasun, anak, cucu serta keluarga lainnya yang pria, Mustaqim melanjutkan, langsung sunat bersamaan. Bahkan, ada yang mengubah namanya. Misalkan, putra Irasun yang juga ayah Mustaqim, I Wayan Warsa, mengubah namanya menjadi Abdul Ibrahim.

Kategori :