Kisah Jongos & Babu Perbudakan di Masa Penjajahan Belanda, Dianggap Rendah, dari Pesuruh Hingga Pelayan Nafsu

Minggu 24-09-2023,20:09 WIB
Reporter : Fauziah Rahimi
Editor : Septi Maimuna

RADARUTARA.ID - Kata ‘babu’ dan ‘jongos’ umumnya diartikan sebagai orang-orang yang bekerja melayani orang lain. Kedua istilah ini dianggap sebagai versi kasar dari kata pelayan, pembantu, atau asisten rumah tangga.

Namun, apakah kamu tahu jika istilah ini menyimpan sejarah yang cukup kelam pada masa penjajahan Belanda dahulu?

Jongos merupakan istilah untuk pembantu berjenis kelamin laki-laki. Namun, menurut sejarawan Universitas Negeri Makasar yang bernama Dimas Aryo Sumilih, mengartikan istilah jongos awalnya sangat berbeda.

Pasalnya, istilah ini berasal dari kata ‘jong’ atau ‘jung’, sebutan untuk perahu layar kuno dari Jawa yang digunakan para saudagar ketika membawa rempah-rempah ke luar negeri.

BACA JUGA:Perusahaan Terkaya Sepanjang Sejarah Ternyata Ada di Indonesia, Pernah Hasilkan Uang Hingga Rp112 Kuadraliun

Lalu, kenapa maknanya bisa berubah menjadi sebutan untuk pembantu? Jika itu disebabkan oleh para anak buah kapal yang bekerja keras dan ingin melakukan apa saja yang diperintahkan oleh para saudagar ataupun nahkoda.

“Jong pada akhirnya dianggap sebagai simbolisasi kerja keras, tidak mudab putus asa, hingga berani dalam mengambil risiko. Sikap inilah yang kemudian dianggap identik untuk para ‘jongen’ atau ‘jonges’. Dalam Bahasa Belanda, ‘jongen’ juga dimaknai sebagai anak laki-laki,” ujar Dimas.

Lalu, penyebutan ‘jongen’ atau ‘jonges’ berubah menjadi jongos, dan meluas dari yang awalnya cuma untuk para anak buah kapal ke pelayan-pelayan di bidang lain.

Ditambah lagi, para jongos pribumi terkenal akan cekatan dan sangat rajin ketika melakukan permintaan atasannya atau para tamu. Kebutuhan jongos-jongos pribumi di bermacam sektor rumah tangga dan bisnis kolonial juga semakin tinggi.

BACA JUGA:Keajaiban 3 Surat Terakhir Berawalan Qul dalam Al-Quran, Penarik Rezeki dan Penangkal Gangguan Sihir

Akan tetapi, menurut National Geographic Indonesia, tidam semua jongos diperlakukan seperti karyawan yang bekerja dan memperoleh bayaran dari majikannya. Sejak VOC menguasai perdagangan di Tanah Air, beberapa dari jongos-jongos ini justru diperbudak.

“Orang Belanda di sana mempergunakan budaknya untuk membantu pekerjaan rumah tangga, pekerjaan di gudang-gudang dan kapal, dan juga sebagai simbol untuk menaikkan status mereka,” ucap Heather Sutherland pada buku Slavery and Slave Trade in South Sulawesi yang terbit pada tahun 1983. Buku ini menceritakan perbudakan di Indonesia yang sudah muncul sejak akhir abad ke-17.

Apabila ada pelayan laki-laki, tentu saja ada pelayan perempuan yang disebut babu. Di zaman kolonial, istilah tersebut berasal dari kata ‘mbah iboe’ dikarenakan yang melakukannya yaitu perempuan dewasa atau usia lanjut.

BACA JUGA:Asal Usul Kata Jongos dan Babu, Narasi Tragis dari Kisah Kelam Penjajahan Belanda di Indonesia

Ketika itu, profesi babu memiliki tugas yang sangat spesifik, yakni cuma merawat anak majikan dan mengurus kamar anak saja.

Kategori :