RADARUTARA.ID - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia memiliki performa yang sangat baik di tingkat global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2023 diestimasikan mencapai 5,15%, sementara untuk keseluruhan tahun berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI pada tanggal 29 Agustus 2023, bahwa setelah mencapai pertumbuhan sebesar 5,17% pada triwulan II, di triwulan III diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan sekitar 5,15%. Untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan diharapkan sedikit di atas 5%, dengan kisaran 4,7-5,5%.
Perry menunjukkan bahwa pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama setelah masa pandemi COVID-19, adalah konsumsi yang semakin membaik.
Ia menyoroti bahwa generasi milenial Indonesia mengalami peningkatan kekayaan, sehingga sektor-sektor yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan, logistik, akomodasi, makanan dan minuman, serta sektor jasa. Sektor jasa sendiri telah menyumbang sebanyak 45% dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, menjadi pendorong utama pertumbuhan.
BACA JUGA:Buruknya Kualitas Udara Indonesia, Hingga Masuk 6 Negara Paling Berkontribusi Polusi Udara Global
BACA JUGA:Terkait Rencana RI untuk Gabung dengan BRICS, Banggar DPR RI Ambil Sikap Ini
Perry juga menunjukkan bahwa data yang ada menunjukkan harapan yang positif, dengan pertumbuhan pendapatan, penjualan ritel, dan Indeks Manufaktur Pembelian (PMI) yang masih dalam kategori ekspansif. Hal ini diharapkan dapat berlanjut hingga tahun depan.
Menurutnya, "Insya Allah, ekonomi kita tahun depan akan semakin baik. Proyeksi kami berada dalam kisaran 4,7-5,5%. Kami optimis bahwa angka antara 5,1-5,2% dapat tercapai untuk tahun depan."
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif ini terjadi meskipun kondisi ekonomi global masih tidak stabil. Perry memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sekitar 2,7% pada tahun 2023 dan 2,8% pada tahun 2024.
Oleh karena itu, Perry menekankan perlunya mengandalkan ekonomi dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang terjadi.*