Ia melihat harus ada yang mendampingi kaum muda. Terutama mereka yang terlanjur dicap sebagai para pemuda Madesu, harus ada yang mengantarkan ke jalan pencerahan. Langkah yang diambil Gus Iqdam tidak langsung berjalan mulus.
BACA JUGA:Hati-Hati 9 Tanggal Lahir Ini Dianggap Keramat! Ucapannya Bisa Jadi Kenyataan Menurut Primbon Jawa
BACA JUGA:Dijamin Aman, Simak 5 Aplikasi Penghasil Uang Halal Berikut Ini
Di awal majelis berdiri, tidak sedikit yang meragukannya. Namun dengan mendapat dukungan Gus Diyak, kendala yang ada justru menjadi penyemangat. “Di awal sempat didebat ilmu agama bersimpangan dengan kenyataan dunia,” kenang Gus Iqdam.
Perlahan dan pasti, Majelis Sabilu Taubah yang berlokasi di Karanggayam terus berkembang. Jumlah jamaah dari hari ke hari terus bertambah. Gus Iqdam ngaji rutin seminggu dua kali. Setiap malam Selasa dan malam Jumat. Ia mengedepankan tema-tema akhlakul kharimah.
Meski positif mendatangkan banyak jamaah yang ingin bertaubat, pendekatan ini juga menuai kontraversi pada sebagian kalangan.
Mereka menganggap menghadirkan musik dangdut apalagi dengan kehadiran biduanita, dianggap sudah melanggar syariat islam.
Sebab, pementasan musik dan biduanita dapat merangsang syahwat laki-laki. Selain itu, lagu-lagu dangdut koplo yang dinyanyikan pun banyak mengandung lirik lagu cinta yang juga menuai kontroversi.*