KETAHUN RU.ID- Kepala Dusun (Kadun) II Desa Urai, Bambang Putra, menyampaikan klarifikasi atas terjadinya aksi dugaan pemalakan terhadap sopir angkutan ekspedisi di Jalinbar Urai-Batiknau yang sempat menghebohkan jagat media sosial (Medsos) beberapa hari terakhir, ini.
Melalui video berdurasi 0.59 detik yang turut disaksikan oleh Kapolsek Ketahun, Iptu Dilia Pria Firmawan, S.Tk, Kanit Reskrim Polsek Ketahun dan anggota Bhabinkamtibmas itu. Bambang Putra, menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya terkait viralnya pemberitaan tentang pemalakan dan pemerasan di Medsos.
Di dalam video tersebut Bambang mengakui, memang benar bawah dirinya meminta bantuan berupa uang sejumlah Rp 300 ribu yang diberikan oleh kernet ekspedisi kepada dirinya.
Di sisi lain Bambang, turut meluruskan bahwa uang tersebut untuk membantu biaya pengobatan warganya yang sempat diserempet oleh mobil ekspedisi.
Selanjutnya masih dalam video, itu Bambang, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang melanggar hukum dan dirinya turut menghimbau kepada masyarakatnya agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan melanggar hukum dan diakhiri dengan permohonan maafnya terhadap aparat kepolisian.
Saat dikonfirmasi Radar Utara ID, Kapolsek Ketahun, Iptu Dilia Pria Firmawan, S.Tk, mengatakan. Bahwa beberapa pihak yang terlibat dalam peristiwa di TKP Jalinbar Urai telah menyampaikan permohonan maafnya dan menyampaikan klarifikasi atas peristiwa yang terjadi.
"Intinya mereka mengakui ada meminta uang dan terkait pemukulan mereka tidak mengakui," tandas Kapolsek.
Dikonfirmasi secara terpisah Kadun II Desa Urai, Bambang Putra, mengungkapkan. Bahwa pada saat malam kejadian ia, sedang berada di salah satu rumah warga.
Dari situ, kata Bambang, ia sempat mendapat telpon bahwa ada pengejaran mengingat adanya aksi penggalangan terhadap mobil besar yang melintas di jalan non status Desa Urai.
Dalam kejadian, itu versi Bambang, salah satu mobil ekspedisi tidak mau mampir, justru kencang hingga terjadi pengejaran oleh warga.
"Tidak mau berhenti. Malah diserempet, hampir jatuh tapi tangannya terkilir. Jadi saya susul ke TKP. Disitu tidak ada keributan, cuma ada beberapa warga emosi. Kemudian si sopir (ekspedisi) saya temui lari ke belakang perkebunan. Jadi disitu saya temui kernetnya. Sebelum warga meninggalkan tempat tadi, saya bilang mau didamaikan tidak? Kalau mau damai gimana caranya. Nah, dia minta biaya pengobatan berapa lah ala kadarnya. Jadi saya temui kernet itu. Pak bisa ngak minta bantu biaya pengobatan untuk damainya? Kata yang bersangkutan (kernet) bisa dan dikasih lah Rp 300 ribu, bukan Rp 450 ribu. Yang ngambil uang itu aku, tapi bukan uang meras," aku Bambang.
Ditambahkan Bambang, ia mengaku siap apa bila ingin ditemukan dengan korban dan saksi yang dimaksud dalam pemberitaan yang sempat beredar itu.
Bahwa lanjut Bambang, uang tersebut diserahkan baik-baik bukan dipaksakan atau memeras, untuk biaya pengobatan. Bahkan kala, itu kata Bambang, si kernet dari mobil ekspedisi itu sempat meminta kawal agar tidak ada kekerasan sampai ke jalan naisonal.
"Saya sampaikan, bahwa untuk lewat di jalan non status Insya Allah aman dengan syarat bahwa mobil jangan ugal-ugalan. Kalau ada yang minta pungutan ala kadarnya dan ada uang kasih. Kalau ngk ada ngak apa-apa. Yang penting cara kita sopan," pungkasnya.
Terpisah Kades Urai, Nodi Haryanda, bahwa keberadaan salah satu Kadun di desanya, itu bukan terlibat dalam aksi yang dimaksud.