PEMILIHAN Presiden Amerika berjalan sengit. Bahkan, Pilpres negara ini disebut-sebut menjadi penentu arah kebijakan ekonomi dunia. Pasalnya, sikap politik presiden pemenang menjadi kunci keberlangsungan pasar ekonomi dunia. Pantauan RU, Rabu (4/11/2020) pukul 9.43 WIB, hasil sementara ini, Joe Biden mengungguli Donald Trump dengan selisih suara yang kian jauh. Biden meraih 131 suara, sementara Trump memperoleh 92 suara. Hanya saja, hal ini bukanlah penentu kemenangan. Pilpres masih berjalan alot lantaran masih banyak negara bagian yang belum melaporkan hasil pemilihan. Lagipula, peraih suara terbanyak dalam belum tentu menjadi pemenang. Warga AS memang memilih capres unggulan mereka dalam pemilu. Namun sejatinya, hasil pemilu akan menentukan jumlah pemilih yang akan maju lagi ke tahap terakhir, yaitu Electoral College. AS memiliki 50 negara bagian, masing-masing akan menyumbangkan jumlah electoral votes yang berbeda, sesuai dengan jumlah pemilih di daerah tersebut. Electoral College sendiri terdiri dari 538 electoral votes yang diperebutkan. Calon presiden yang mendapatkan mayoritas 270 electoral votes dalam pemilu akan keluar sebagai pemenang. Dengan demikian, peraih suara terbanyak secara keseluruhan tetap akan kalah jika ia tak mendapatkan electoral votes lebih banyak ketimbang rivalnya, layaknya yang terjadi pada Hillary Clinton. Pasalnya, hanya dengan kemenangan tipis di sejumlah negara bagian yang akan menyumbangkan electoral votes besar, dapat membawa dampak signifikan pada perolehan di Electoral College nantinya. Ketika itu, Clinton berhasil meraup dukungan dari 63.757.077 pemilih, sementara Trump jauh tertinggal dengan angka 62.004.178. Namun, Trump tetap dinyatakan memenangkan pemilu. Ini lantaran, Trump berhasil meraih electoral votes yang lebih banyak ketimbang Clinton. Tidak seperti pemilu di beberapa negara, termasuk Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden AS tidak dipilih langsung oleh rakyat. Alih-alih mereka dipilih oleh apa yang disebut elector yang menjadi penerima mandat partai, sedangkan proses pemilihan elector disebut dengan Electoral College. Metode ini adalah hasil kompromi konstitusional yang menggabungkan pemilihan presiden dengan suara pemilih paling banyak dengan pemilihan presiden melalui Kongres (DPR dan Senat). Jumlah elector pada setiap negara bagian ditentukan oleh berapa banyak anggota Kongres (DPR dan Senat) dari sebuah negara bagian, plus aerah khusus ibu kota Washington D.C yang memiliki tiga elector. Total elector sendiri ada 538 orang. Namun elector sama sekali bukan anggota Kongres atau pejabat pemerintah/partai. Setiap partai politik tingkat negara bagian (DPD) memilih elector-nya sendiri untuk mewakili negara bagiannya. Setelah pemilih memberikan suara pada pemungutan suara Pemilu 3 November 2020, suara pemilih ini dihitung dalam basis negara bagian (bukan nasional seperti terjadi di Indonesia). Kandidat presiden Biden atau Trump dinyatakan menang di negara bagian jika dia merebut mayoritas jatah suara elektoral di negara bagian itu (winner takes all). Misalnya, jika calon presiden Biden mendapatkan 11 dari total 20 suara elektoral di Illinois, maka Biden dinyatakan menang di Illinois, kendati lawannya Trump meraih 9 suara elektoral di negara bagian ini. Hanya dua negara bagian yang tidak mengadopsi konsep winner takes all, yakni Maine dan Nebraska. Kedua negara bagian ini menerapkan sistem proporsional. Karena total ada 538 elector, maka seorang calon presiden dinyatakan memenangkan Pemilu atau dinobatkan sebagai presiden AS ketika dia mendapatkan paling sedikit 270 suara elektoral. (**)
Anda bisa memantau perkembangan perolehan suara digelar pada 3 November 2020 waktu setempat melalui link di bawah ini :
LINK QUICK COUNT PILPRES AS 1 LINK QUICK COUNT PILPRES AS 2 LINK QUICK COUNT PILPRES AS 3