GIRI MULYA RU - Eksekusi proyek gapura tapal batas (tabat) antara Kabupaten Bengkulu Utara (BU)-Lebong, masih menjadi pertanyaan. Pascamenelan anggaran APBD Tahun 2017, hampir mendekati Rp 1 miliar. Proyek daerah yang digawangi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), kemungkinan besar belum akan dilanjutkan tahun ini. Tak pelak, kondisi fisik gapura tabat yang terkesan terbengkalai akibat belum diselesaikan. Menimbulkan kesan, belum adanya sinkronisasi antara perencanaan dan eksekusi. Politisi Nasdem sekaligus anggota Komisi III DPRD BU, Slamet Waluyo Sucipto, SH menilai, instrumen dari pelaksanaan program daerah tentu harus melalui perencanaan yang matang. Terutama di bidang fisik, yang bakal memangkas alokasi anggaran daerah. \"Sebelum eksekusi, tentu sudah melalui perhitungan. Dan pastinya akhir dari pelaksanaan program, sudah pasti harus diselesaikan. Namun melihat kondisi fisik di lapangan, salah satunya gapura tapal batas, menandakan belum sempurnanya perencanaan,\" ujarnya. Daerah, lanjut Slamet, haruslah memiliki visi yang jelas sebelum melanjutkan ke tahap realisasi. Karena pada dasarnya, penempatan batas teritorial, menandakan kesempurnaan administratif. \"Namun jika fisiknya belum rampung. Apakah bisa dikatakan program itu berhasil. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi daerah, terutama lini terkait,\" tuturnya. Terpisah, Arsul tokoh masyarakat Desa Suka Mulya yang berada di zona tapal batas turut menyayangkan hal ini. Ia pun turut mendesak, agar daerah dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah 2 tahun terakhir dibiarkan tanpa ada kejelasan. \"Gapura tapal batas itu tentu menjadi simbol dan kekuatan teritorial daerah. Sangat disayangkan kondisinya sekarang terbengkalai, tanpa ada kepastian penyelesaian,\" tandasnya. (jho)
Nasib Gapura Tabat BU-Lebong Mangkrak?
Kamis 13-06-2019,12:25 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :