Mengulik Sejarah Warga Muslim di Dusun Angansari : Memeluk Agama Islam Gara-gara Kaki Terluka
Mengulik Sejarah Warga Muslim di Dusun Angansari: Memeluk Agama Islam Gara-gara Kaki Terluka--
Irasun, anak, cucu serta keluarga lainnya yang pria, Mustaqim melanjutkan, langsung sunat bersamaan. Bahkan, ada yang mengubah namanya. Misalkan, putra Irasun yang juga ayah Mustaqim, I Wayan Warsa, mengubah namanya menjadi Abdul Ibrahim.
Tujuh keluarga yang baru memeluk Islam itu mulai belajar tata cara salat dan membaca Al-Qur'an. Mereka dibimbing seorang tokoh agama, Ustaz Miyadi, asal Kintamani.
BACA JUGA:Malam Takbir Rumah Warga Lubuk Sahung Dibobol Maling, Pelaku Digelandang Polisi
Menurut Mustaqim, Miyadi berjasa bagi masyarakat muslim Angansari yang telah konsisten membimbing sejak awal warga memeluk Islam. Sebab, keluarga Irasun dan keturunannya perlu menyesuaikan diri.
"Sangat sulit karena yang namanya baru pindah agama, yang dulunya ke pura, di tengah jalan sudah nggak ikut lagi kegiatan di pura," tutur Mustaqim. Dia sendiri tidak mengalami proses adaptasi tersebut karena saat itu ia masih anak-anak.
Tantangan lainnya, Mustaqim, melanjutkan mereka sempat kesulitan melaksanakan ibadah karena tidak ada masjid di Dusun Angansari. Mereka harus berjalan kaki ke desa terdekat yang memiliki masjid.
Keluarga Irasun dibantu oleh warga Dusun Angansari kemudian mendirikan Masjid Nurul Iman seluas 45 meter persegi secara swadaya. Tempat ibadah tersebut dibangun di kebun berundak seluas 300 meter persegi milik keluarga Irasun.
Abdul Ibrahim menerangkan ia sempat mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Tokoh Desa Kutuh sempat mencurigai ada pihak lain yang mengarahkan agar Irasun dan keluarga besarnya masuk Islam.
Apalagi, Irasun dan keluarganya memeluk Islam menjelang Pemilihan Umum 1982. Beruntung, tokoh agama, polisi, dan pemerintah setempat bisa menjernihkan situasi.
BACA JUGA:5 Keutamaan Malam Takbiran Menuju Idul Fitri, Waktu Istimewa Umat Islam
Tantangan Abdul sebagai pemeluk Islam mula bertambah karena sebelumnya dia dikenal sebagai tokoh yang kerap dilibatkan dalam berbagai urusan adat di banjar. Dia juga sebelum menjadi mualaf aktif dalam sekaa (kelompok) gamelan di banjar.
Abdul menerangkan keluarganya juga menceritakan alasannya memeluk agama Islam. Bahkan, keluarga mualaf tersebut sempat memperdengarkan kembali saran balian yang direkam di kaset agar Irasun sekeluarga masuk Islam demi menyembuhkan luka menahun di kakinya. "Akhirnya bisa dimengerti," tutur pria berusia 75 tahun itu.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara masyarakat Hindu dan Islam di Dusun Angansari semakin harmonis. Mereka saling membantu di setiap kegiatan seperti perkawinan.
Kadus, Angansari, menekankan agar Made Bagiarta menjelaskan bahwa kini terdapat 130 keluarga di Dusun Angansari. Dari jumlah itu sebanyak 16 keluarga memeluk Islam. Adapun, jumlah keluarga Islam di Desa Kutuh mencapai 27 keluarga. Begitulah sejarah umat muslim di Desa Angansari.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: