Untuk Sampai Sekolah, Guru dan Siswa di Desa Pagardin Harus Bertaruh Nyawa

Untuk Sampai Sekolah, Guru dan Siswa di Desa Pagardin Harus Bertaruh Nyawa

Untuk Sampai Sekolah, Guru dan Siswa di Desa Pagardin Harus Bertaruh Nyawa--

ULOK KUPAI, RADARUTARA.ID - Kerusakan jembatan gantung di Desa Pagardin, Kecamatan Ulok Kupai mulai berdampak luas terhadap kepentingan umum. Baru-baru ini tenaga didik atau guru yang bertugas mengajar di dua sekolah yakni SD dan SMP di Desa Pagardin berikut siswa dan siswinya harus rela jalan kaki untuk sampai ke sekolah. Bertaruh nyawa melewati jembatan reot yang pondasinya kian turun. 

Dikatakan Kepala Korwil Pendidikan wilayah Ulok Kupai dan Napal Putih, Purnomo, ini terjadi karena jembatan gantung yang menuju dua sekolah tersebut kerusakannya semakin parah. Alhasil, tenaga guru dan siswa yang hendak berangkat dan pulang terpaksa harus meninggalkan kendaraannya di seberang sungai. 

"Di Pagardin itu ada dua sekolah yakni SD dan SMP. Jadi guru-guru yang mengajar di Desa Pagardin dan muridnya terpaksa meninggalkan dan menitipkan kendaraannya di seberang sungai dan memilih jalan kaki ke sekolah. Karena mereka tidak ada yang berani melintas di atas jembatan tersebut dengan membawa kendaraan. Karena kondisi jembatan sekarang semakin turun dan berbahaya," ungkapnya.

Purnomo menilai, keputusan para tenaga didik untuk meninggalkan kendaraannya di seberang sungai merupakan keputusan yang tepat. Pasalnya, jika dipaksakan menggunakan kendaraan. Takutnya saat melintas di atas jembatan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 

"Dari pada beresiko. Lebih baik para guru yang mengajar ke sekolah jalan kaki," tegasnya.

Purnomo sendiri tidak dapat memastikan sampai kapan kesulitan yang dialami oleh para guru yang bertugas di Desa Pagardin ini akan berlangsung.

Dari hasil koordinasi yang dilakukan oleh Purnomo dengan pemerintah desa. Sampai hari ini, belum ada upaya langkah serius yang dilakukan oleh pihak terkait untuk mengatasi kerusakan jembatan gantung di Desa Pagardin.

"Entah sampai kapan. Menurut pihak desa sampai sekarang belum ada tanda-tanda jembatan di Pagardin ini akan diperbaiki. Tentu besar harapan kami akses jembatan di Pagardin itu bisa segera diperbaiki. Karena akses jembatan di Pagardin ini sangat vital untuk menunjang kehidupan masyarakat. Khususnya dunia pendidikan yang sudah merasakan dampaknya," pintanya.

Terpisah Kades Pagardin, Eko Pastrio, SH, membenarkan kerusakan jembatan gantung di desanya dari hari ke hari semakin parah. 

"Khususnya dewan guru yang dari luar mengajar ke sekolah SD dan SMP yang ada di desa kami, nggak ada yang berani lewat jembatan. Kalau warga sekitar desa masih ada yang berani melintas. Itupun nekat karena kebutuhan," terangnya.

Diakui Eko, ketakutan dewan guru untuk melintasi jembatan gantung di desanya itu semakin menjadi lantaran posisi tiang penyangga lantai jembatan setiap harinya semakin turun dan membuat posisi jembatan miring. 

Kades sendiri mengaku sudah mendesak dan mengusulkan ke Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dan Pemprov Bengkulu untuk perbaikannya.

"Sementara ini kami hanya bisa pasrah dan mengimbau masyarakat untuk berhati-hati. Usulan sudah sering kami sampaikan. Nyatanya sampai sekarang belum ada respon sama sekali dari pihak kabupaten atau provinsi," demikian Kades. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: