Buntut Larangan Pembelian Solar Bersubsidi

Buntut Larangan Pembelian Solar Bersubsidi

DONI/RU - Sopir truk angkutan saat mendatangi TBBM Pulau Baai milik PT. Pertamina Patra Niaga.--

Puluhan Sopir Angkutan Datangi TBBM Pulau Baai

BENGKULU RU.ID - Puluhan sopir truk angkutan batu bara dan kelapa sawit, Senin (11/7) mendatangi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pulau Baai milik PT Pertamina Patra Niaga. Kedatangan tersebut merupakan buntut dari larangan pembelian solar bersubsidi pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu.

"Kedatangan kami kesini untuk mempertanyakan kebijakan Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) yang melarang truk angkutan tertentu untuk membeli solar bersubsidi. Karena kebijakan itu sangat memberatkan bagi kami, terutama yang memiliki truk pribadi untuk menawarkan jasa angkutan," ungkap salah satu sopir truk, Sopyan diamini rekan-rekannya.

Harusnya, lanjut Sopyan, sebelum membuat kebijakan itu, harus dikaji terlebih dahulu. Terlebih dalam masalah ini ada perlakuan yang kurang adil. Buktinya mobil box ataupun mobil angkutan penumpanng serta mobil pribadi masih bisa membeli solar subsidi.

"Padahal seperti mobil box ataupun angkutan penumpang itu milik perusahaan," sesalnya.

Sementara, sambung Sopyan, pihaknya yang keseharian mengandalkan pendapatan dari menyewa jasa angkutan ini, malah diperlakukan sedemikian.

"Jadi dimana keadilan itu. Apalagi sebagian dari kami ini menjadi sopir bukan untuk kaya, melainkan untuk memperoleh pendapatan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup," kata Sopyan.

Menurutnya, kalau memang pemerintah mau menghapus bio solar, pihaknya sama sekali tidak keberatan. Silakan jual saja Dexlite di SPBU.

"Hanya saja kami berharap ongkos jasa angkutan seperti batu bara, kelapa sawit, galian C ataupun lainnya juga dinaikan. Kalau seperti inikan, terkesan kami malah didiskriminasi," ujarnya.

Tak jauh berbeda juga disampakan Dodi, ia menambahkan, sopir seperti dirinya merupakan ujung tombak untuk mendistribusikan kebutuhan masyarakat.

"Tentu saja dengan kebijakan itu dampaknya meluas. Apalagi seperti kami ini yang keseharian hanya menjadi sopir borongan yang membawa mobil pribadi untuk mencari pendapatan," tutupnya. (tux)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: