Harga TBS Menukik Tajam, Sembako Tak Terkendali

Harga TBS Menukik Tajam, Sembako Tak Terkendali

TBS Sawit--

PUTRI HIJAU RU.ID - Harga TBS di tingkat pabrik dan petani, kian melorot dan terjun bebas hingga mencapai titik angka di bawah Rp 1.000/Kg. Kondisi ini berbanding terbalik dengan harga kebutuhan pokok yang bertahan dengan harga tinggi (Migor,red) bahkan terjadi kenaikan harga pada sejumlah produk kebutuhan sehari-hari seperti cabe. Harga sembako yang lepas kendali dibarengi dengan terun turunnya harga TBS sebagai penghasilan utama warga BU, menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. 

Informasi yang dihimpun oleh RU hingga Selasa (21/6) kemarin. Harga TBS di sejumlah pabrik berada diangka Rp 1.075/Kg dan harga TBS di tingkat petani, berada diangka Rp 700/Kg hingga Rp 800/Kg. Kondisi ini semakin dikeluhkan petani dan masyarakat. Sementara, kebijakan dan langkah yang ditempuh oleh kepala daerah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi, belum mampu untuk menekan dan mengembalikan keadaan seperti yang diharapkan petani. 

"Dulu harga Rp 400/Kg masih kita terima karena harga kebutuhan pokok seperti Sembako, pupuk dan biaya operasional kebun, belum naik seperti hari ini. Sekarang dengan harga TBS Rp 700-Rp 800/Kg, kita dapat apa? Untuk kebutuhan biaya panen, pupuk, upah langsir serta memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sudah ngak dapat apa-apa," ujar warga Marga Sakti Sebelat (MSS), Gawardi.

Hal senada juga diungkapkan oleh petani di Pinang Raya, Lanjar Santoso. Dikatakan, dengan kondisi harga TBS di pabrik dan petani yang kian merosot. Banyak dampak yang harus dirasakan oleh petani. Dalam kondisi seperti ini, Lanjar berharap, pemerintah bisa hadir dan melakukan langkah konkret. 

"Dengan harga Rp 1.000/Kg di pabrik, kita petani sudah ngak dapat apa-apa. Mengingat kebutuhan pokok terus melambung dan tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat yang mengandalkan hasil dari perkebunan TBS," keluhnya.

Terpisah, anggota DPRD BU, Ir Rizal Sitorus, meminta jajaran terkait di pemerintah daerah maupun provinsi beserta kepala daerah dalam hal ini Bupati dan Gubernur, segera melakukan gebrakan dalam mendobrak kebijakan nasional yang berdampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Diharapkan Rizal, kepala daerah dapat melakukan komunikasi intens ke jajaran pemerintah pusat, baik kementerian maupun presiden untuk melaporkan keresahan masyarakat yang dipicu oleh merosotnya harga beli TBS yang menjadi sumber utama, pendapatan masyarakat di BU. 

Rizal meminta kepada para kepala daerah, agar melaksanakan kontrol terhadap harga beli kebutuhan Sembako atau kebutuhan pokok lainnya yang rata-rata mengalami kenaikan. Kontrol itu patut dilaksanakan oleh daerah, agar harga kebutuhan pokok bisa dikendalikan sehingga mampu mengurangi beban masyarakat di tengah merosotnya harga beli TBS. 

"Pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak tapi minimal, disampaikan kepada pemerintah pusat supaya ada kebijakan untuk mengembalikan harga TBS ini. Di satu sisi, pemerintah harus melakukan kontrol harga kebutuhan pokok di pasar. Supaya kenaikan harga, tidak membuat masyarakat tercekik. Intinya, masyarakat menunggu gebrakan dari seorang kepala daerah," tegas Rizal.

 

Mobil Petani Terancam Ditarik Leasing

SEMENTARA itu, anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, memberikan dampak yang besar terhadap kondisi perekonomian para petani. Demikian disampaikan Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Fitri, SE. Menurutnya, sejak anjloknya harga TBS kelapa sawit tersebut, membuat kehidupan petani semakin memprihatinkan.

"Dulu pada saat harga TBS kelapa sawit Rp 3 ribu per kilogram, pertumbuhan ekonomi petani sangat pesat yang ditandai dengan mulainya para petani kelapa sawit membeli mobil, walaupun dengan cara kredit. Tapi sejak harga TBS anjlok, jangankan untuk membayar kredit mobil, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah," ungkap Fitri.

Dilanjutkannya, ketika kondisi harga TBS kelapa sawit terus seperti ini, tidak menutup kemungkinan kedepannya bagi para petani yang sebelumnya sempat mengredit mobil, akhirnya mobil tersebut ditarik leasing. Kemudian dengan anjloknya harga TBS ini juga berdampak terhadap perekonomian tukang panen ataupun buruh lansir buah.

"Sebenarnya dengan kondisi harga saat ini, petani kelapa sawit hanya mendapatkan sekitar 20 persen dari menjual buah TBS. Misal harga TBS Rp 1.000 per Kg, untuk upah tukang panen Rp 250 per Kg dan tukang lansir juga seperti itu. Belum lagi ditambah kebutuhan pupuk yang harganya tetap tinggi, walaupun harga TBS murah," kata Fitri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: