Dampak Migor, Usaha Kecil Terancam Gulung Tikar

Dampak Migor, Usaha Kecil Terancam Gulung Tikar

PUTRI HIJAU RU.ID - Kelangkaan Minyak Goreng (Migor) mulai menimbulkan efek domino bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Putri Hijau dan sekitarnya. Hampir sebulan terakhir, UMKM menjerit untuk menjalankan usaha akibat susah mendapatkan Migor. UMKM juga mengeluhkan mahalnya harga Migor yang sudah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah. Kondisi tersebut membuat UMKM kelimpungan hingga memilih menutup kegiatan usaha alias gulung tikar. Kepada RU seorang penjual gorengan di Putri Hijau, Sudarsono mengaku, puncak kelangkaan Migor terjadi dan dirasakan sejak sebulan terakhir. Kata penjual goreng yang akrab disapa Mas Dar ini, untuk mempertahankan agar usahanya tetap berjalan. Ia harus mendapatkan Migor dengan cara berkeliling dari satu toko ke toko lain hingga nekat ke kecamatan lain untuk mendapatkan kebutuhan dasar bagi usaha gorengannya ini. \"Setiap hari kami harus berpikir dimana mendapatkan Migor. Kalau kita bisa membeli dari satu toko ke teko lain, harganya sudah Rp 21.000/liter. Mau tidak mau tetap kita beli, daripada usaha kita berhenti,\" terangnya. Diakui Darsono, kelangkaan Migor membuat usahanya buka tutup. Ketika Migor tidak bisa didapatkan, Darsono harus menutup usahanya sampai mendapatkan Migor sesuai kebutuhannya. \"Kadang sehari buka, dua hari tutup. Terpaksa karena kita benar-benar tidak bisa mendapatkan Migor dari seluruh toko atau ritel modern,\" akunya. Darsono berharap, kelangkaan Migor segera ditangani oleh pemerintah dan jajaran terkait. Jika terus terjadi hingga beberapa bulan ke depan, ia terpaksa membanting setir dengan menghentikan usaha sebagai penjual gorengan. Darsono tidak menepis, kelangkaan Migor tidak hanya berdampak pada kegiatan usaha yang menjadi sumber pendapatannya itu. Tapi juga kebutuhan rumah tangga dalam menghadapi bulan suci Ramadhan dan lebaran Idul Fitri yang akan tiba, bulan depan. \"Harga kelapa sawit terus naik, Migor yang bahan bakunya dari kita sendiri, malah susah,\" desaknya. Keluhan senada diungkapkan pelaku UMKM di Kecamatan Ketahun, Warsito. Kegiatan usaha kulinernya, juga terancam gulung tikar. Ini terjadi karena susah mendapatkan Migor sebagai pergerak kegiatan usahanya. Diakui Warsito, jangankan untuk mendapat Migor yang disubsidi, Migor dari berbagai merk di luar subsidi juga susah. \"Kalau seperti ini terus, kami menyerah. Mau gimana lagi? Masih mending dapat Migor dengan harga mahal dari pada tidak mendapat Migor sama sekali,\" keluhnya.

  • Pemkab Diminta Libatkan Bulog
Terpisah, anggota DPRD BU, Edi Putra, S.IP, mendesak Pemkab menyeriusi kelangkaan Migor ini. Edi menginginkan, Pemkab BU melalui Disdag BU bisa berkoordinasi dengan Perum Bulog untuk mencukupi kebutuhan Migor. Kata Edi, Disdag BU bisa menggelar operasi pasar untuk bisa menjamin stock Migor mampu memenuhi kebutuhan warga. \"Idealnya, pemerintah merespon dengan operasi pasar bersama Bulog. Tentu sangat bahaya, bila terus dibiarkan. Kelangkaan Migor juga memaksa masyarakat untuk menekan pemerintah hingga terjadi gangguan sosial,\" pintanya. Wakil rakyat dari dapil IV ini, mendesak pemerintah daerah menggandeng aparat berwenang untuk menyelidiki hingga menindak tegas oknum yang memanfaatkan situasi panik buying Migor dalam meraup keutungan pribadi. \"Tolong cari dan usut dimana oknum ini bermain. Sehingga dugaan penimbunan Migor ini dapat kita sikat,\" tegas Edi.(sig)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: