Pola Pikir Soal Sampah, Masalah Serius
ARGA MAKMUR RU.ID - Perang melawan sampah dalam tajuk Cleanup Day, yang dimotori orld Cleanup Daya (WCD) Bengkulu Utara (BU) di Kecamatan Kota Arga Makmur, dipungkas Sabtu (18/9). Kampanye sosial yang melibatkan lintas sektor di daerah, mulai dari Pemda BU melalui Dinas Lingkungan Hidup, Universitas Ratu Samban, Radar Utara, mahasiswa dan stake holder lain itu, mampu mengumpulkan hampir setengah ton sampah yang berasal dari rumah tangga. Aksi yang turut melibat lintas sektor di daerah yang menjadi komposan motor edukasi yang digelar serentak di 187 negara itu, mendapati konklusi masih minimnya pengetahuan akan sampah di masyarakat. Berikutnya, edukasi massif yang tergolong menjadi persoalan prinsip di daerah sehingga menimbulkan ancaman jangka panjang serta pemahaman sempit akan sampah dan potensial sampah dari sisi ekonomis, dinilai perlu disikapi dalam sebuah regulasi dan langkah massif bersama. Dikutip dari SKH Radar Utara, Koordinator World Cleanup Daya (WCD) BU, Nur Latifah, mengutarakan peran sosial dalam kerja-kerja edukatif terkait sampah kepada masyarakat, menjadi temuan dalam evaluasi pelaksanaan kampanye sosial yang baru dipusatkan di Kecamatan Kota Arga Makmur. Kondisi tak jauh berbeda, terus dia, sangat mungkin terjadi pula di daerah lain. Lebih-lebih, persoalan tertib pilah sampah dari rumah, sebelum dibuang ke tong sampah, menjadi temuan yang masih lazim didapati di lingkungan masyarakat. \"Kami berharap, pengumpulan 450 kg sampah rumah tangga ini, menjadi estafet kampanye sosial yang terus berlanjut. Karena sejatinya, bukan persoalan sampah yang menjadi masalah. Tapi lebih kepada cara pandang dan pola pikir masyarakat terhadap sampah, minimal sampah rumah tangga inilah yang menjadi hal yang fundalemental dan prinsip,\" ujarnya kemarin, ditambah dengan kolase kegiatannya. Tak hanya itu saja, dia menjelaskan inti kampanye sosial soal sampah ini untuk membentuk kebersamaan bergerak dan berupaya bijak dalam mengelola lingkungan, terutama terhadap sisa konsumsi. Mengenali sisa konsumsi, pilah dan olah sesuai dengan peruntukan dan penempatannya kembali. Upaya ini sebagai wujud terimakasih kepada alam yang sudah memenuhi kebutuhan hidup manusia dan seluruh mahluk bumi yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi serta mengedukasi masyarakat untuk dapat pilah sampah dari rumah. \"Harapan bersama kita adalah gaya hidup akan ramah lingkungan dapat terealisasi dengan baik, kontinyu dan menjadi pola pikir, sikap dan prilaku sosial. Pun begitu juga dengan kerja-kerja edukasi yang tak kalah penting untuk dilakukan secara kontinyu oleh pemangku kebijakan. Karena sejatinya, perlawanan massif ini bukan dilakukan terhadap sampah. Tapi lebih kepada pola pikir terhadap sampah setiap personal. Sampah adalah produk di sektor hilir. Pola pikir adalah fundamental prinsip di sektor hulu,\" tegasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup BU, Ir. Alfian, MM, tak menyangkal pentingnya edukasi di masyarakat untuk menyikapi secara bijak persoalan sampah. Daerah, lanjut dia, terus melakukan mitigasi di sektor pengelolaan sampah ini dan menjadikan sektor-sektor persoalannya diampu dalam lintas sektor di lingkungan Pemda BU. Senada dengan konklusi gelaran Cleanup Day, Alfian menegaskan kesamaan sikap akan sampah menjadi satu hal yang mendasar, menyikapi persoalan sampah di masyarakat. Dia juga mengamini, sikap buanglah sampah pada tempatnya, mampu mengerti jenis-jenis sampah dan lebih baik lagi adalah mampu mengelola jenis sampah tertentu produk rumah tangga, untuk dipergunakan kembali oleh rumah tangga itu sendiri, adalah satu hal yang perlu menjadi capaian program jangka panjang. Karena dengan pola pikir, tindak dan menjadi prilaku sosial, tentunya pengelolaan sampah di daerah akan jauh lebih mudah dilakukan. \"Menyosialisasikan secara massif oleh lintas sektor, dinas, sekolah, desa sampai dengan rumah tangga, adalah hal yang perlu dikejar bersama. Sehingga memunculkan sebuah komunitas yang tidak hanya tertib dalam membuang sampah, tapi juga stimulan positif bagi pertumbuhan ruang-ruang hijau dan tanaman-tanama sehat, karena didukung oleh produk-produk yang dihasilkan sendiri rumah tangga, sehingga tidak bergelut dengan zat-zat kimia. Ini harapan kita dan sangat mungkin bisa dilakukan, ketika muncul kesadaran dan konsep berfikir yang sama pula,\" pungkasnya. (bep)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: