Pasca Bentrok Nelayan, Kondusifitas Harus Terjaga
Reporter:
Redaksi|
Editor:
Redaksi|
Senin 28-12-2020,11:44 WIB
- Keluarga Nelayan Minta Kasus Penembakan Diusut
BENGKULU RU - Pasca terjadinya bentrok antara nelayan yang menggunakan alat tangkap trawl atau pukat harimau dengan nelayan tradisional di Bengkulu Utara, kondusifitas dinilai penting untuk tetap dijaga. Demikian ditegaskan Kapolda Bengkulu, Irjen Pol. Drs. Teguh Sarwono, M.Si melalui Kabid Humas, Kombes Pol. Sudarno, S.Sos, MH, Minggu (27/12).
\"Permintaan agar seluruh elemen masyarakat tetap menjaga kondusifitas ini dalam rangka menyikapi polemik yang terjadi antara nelayan trawl dengan nelayan tradisional dan sebelumnya berujung pada beberapa peristiwa hingga pemblokiran jalan lintas barat (Jalinbar) di Kecamatan Pasar Palik Kabupaten Bengkulu Utara,\" ungkap Sudarno.
Kemudian, lanjut Sudarno, pihaknya juga berharap agar seluruh elemen masyarakat, terutama para nelayan untuk tetap tenang dan sama-sama menahan diri.
\"Karena kita meyakini, masalah yang menjadi pemicu polemik itu bisa didiskusikan Pemerintah Daerah (Pemda) dan nantinya dapat memunculkan solusi terbaik tanpa merugikan masing-masing pihak,\" kata Sudarno.
Menurutnya, pihaknya juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal atau tindakan di luar ketentuan hukum yang berlaku. Kalau memang ada aspirasi, silakan disampaikan melalui jalur dan mekanisme yang berlaku.
\"Sehingga nanti masyarakat lainnya tetap aman dan nyaman. Peran masyarakat diharapkan untuk menciptakan kondusifitas itu,\" ujarnya.
Lebih jauh dikatakannya, terkait polemik itu sendiri, pihaknya selaku aparat penegak hukum bakal segera berkoordinasi dengan Pemprov dan Pemda Bengkulu Utara untuk mencarikan solusi terbaik. Tujuannya agar polemik antar nelayan ini tidak terus berkepanjangan, ataupun berlarut-larut. Apalagi polemik seperti ini bukan kali pertama terjadi.
\"Yang terpenting saat ini, kita minta peran masyarakat agar sama-sama menjaga situasi tetap aman dan terkendali. Kitapun bakal berupaya semaksimal mungkin permasalahan ini diperoleh solusi terbaik, agar nantinya polemik antara nelayan trawl dengan nelayan tradisional ini tidak lagi berlanjut kedepannya,\" demikian Sudarno.
- Keluarga Nelayan Minta Kasus Penembakan Diusut
JEDA satu hari pasca insiden saling serang antara nelayan tradisional dengan ABK Kapal Trawl, keluarga dari pihak nelayan tradisional asal Desa Urai, Kecamatan Ketahun, Junaidi, berusaha mendatangi kantor Mapolsek Ketahun guna melaporkan peristiwa penembakan yang dilakukan oleh oknum ABK kapal trawl.
Melalui laporan yang disampaikan tersebut, aparat kepolisian diminta agar dapat mengusut tuntas aksi penembakan yang menyebabkan beberapa nelayan tradisional yang harus mengalami luka tembak dan dianggap menjadi pemicu aksi saling serang antara nelayan tradisional dengan ABK kapal trawl.
\"Benar, pihak keluarga dari salah satu nelayan tradisional kami yang menjadi korban penembakan melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolsek Ketahun,\" ujar salah satu tokoh masyarakat sekaligus nelayan tradisional yang selama ini dituakan di Desa Urai, Ansari, saat dijumpai di kediamannya pada hari Sabtu, lalu.
Diakui Ansari, pihaknya cukup menyangkan insiden yang terjadi antara nelayan tradisional dengan pihak nelayan kapal trawl yang harus berujung kepada jatuhnya korban itu. Harusnya kata Ansari, insiden saling serang yang dianggap saling merugikan, tersebut tidak terjadi. Apa bila, dari pihak nelayan Trawl tidak melakukan tindakan perlawanan terhadap nelayan tradisional dengan cara melepaskan tembakan.
\"Peristiwa seperti ini harusnya tidak terjadi. Apa bila tidak ada perlawanan dari pihak ABK kapal Trawl,\" ujarnya.
Dibeberkan Ansari, kronologis insiden antara nelayan tradisional asal desanya dengan nelayan kapal trawl itu tak disangka sebelumnya. Diakui Ansari, pada hari Jumat seluruh nelayan tradisional memang libur alias tidak melaut. Tapi pada saat, itu beberapa nelayan termasuk nelayan atas nama Junaidi, yang menjadi korban tembak itu berniat melihat jaring yang sebelumnya ia pasang. Namun saat, berada di tengah laut.
Korban, melihat ada sejumlah kapal trawl. Spontan, korban berusaha memperingatkan dan meminta para ABK kapal trawl itu utuk menepi. Tapi bukannya mengindahkan peringatan yang disampaikan oleh rekan-rekan nelayan tradisional.
Para ABK kapal trawl tersebut justru melepaskan tembakan dari jarak sekitar 20 meter dan mengenai kaki salah satu nelayan asal Urai, Junaidi. Masih Ansari, setelah melepaskan tembakan korban yang sempat terkena tembak langsung dilarikan ke tepi pantai dan para awak kapal trawl, berharap nelayan tradisional mundur.
Faktanya tidak, justru kata Ansari, dari situlah nelayan tradisional yang awalnya hanya berniat untuk menepikan kapal trawl tersebut menjadi emosi dan membuat beberapa nelayan lainnya yang ada di tepi merapat untuk mengejar kapal trawl yang berusaha melarikan diri itu.
Namun nahas, upaya melarikan diri yang dilakukan oleh ABK kapal trawl itu tak sesuai harapan. Mesin kapal mereka justru rusak ditengah jalan. Sehingga para nelayan tradisional ini dapat mengejar dan melakukan serangan balik kepada para ABK kapal trawl tersebut.
\"Informasinya senjata yang digunakan itu seperti senapan angin untuk berburu babi itu. Tapi saat nelayan naik ke kapal dan menggeledah isi kapal. Senjata itu tidak ditemukan,\" beber Ansari, saat mengisahkan pengakuan dari beberapa anggota nelayan yang sempat memberikan keterangan kepada dirinya.
Setelah penyerangan kepada ABK Trawl terjadi, lanjut Ansari, pelayanan pun sempat berusaha menolong dan mengevakuasi para ABK yang sudah terluka untuk dilarikan ke tepi pantai guna mendapat pertolongan medis.
\"Sebenarnya bukan peristiwa saling serang itu yang kita harapkan. Tapi kita berharap para ABK kapal trawl itu bisa menepi seperti 16 ABK yang sebelumnya sudah diamankan di Palik sana. Karena selama ini nelayan kita tradisional sudah dibuat resah dengan aktivitas kapal Trawl yang kerap masuk ke wilayah tangkap kami dan merusak jaring kami. Bukannya menepi tapi mereka malah menembak nelayan kita situlah peristiwa saling serang terjadi. Andaikan tidak terjadi penembakan. Tidak akan terjadi peristiwa saling serang. Siapapun ketika nyawanya merasa terancam dan mendapat perlakuan seperti itu, otomatis juga akan melakukan upaya perlawanan. Dan setelah ABK itu terluka. Nelayan kita langsung berinisiatif menolong para ABK itu dibawa ke tapi untuk mendapat pertolongan. Karena sejak awal nelayan kita memang tidak berniat untuk saling melukai \" imbuhnya.
Lebih jauh Ansari, menegaskan. Pada prinsipnya insiden yang terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan kapal trawl ini merupakan buntut konflik berkepanjangan yang selama ini tidak pernah mendapat perhatian serius dari pihak terkait.
Ansari, mengaku, selama ini banyak nelayan tradisional yang mengeluh dan merugi akibat wilayah tangkapnya terganggu aktivitas kapal trawl hingga menyebabkan jaring milik nelayan tradisional rusak. Dan peristiwa, itu pun kata Ansari, sudah sering diperingatkan kepada pihak kapal Trawl. Namun faktanya kapal trawl tersebut masih sering masuk dan menganggu ke wilayah nelayan tradisional.
Ditegaskan Ansari, pada hakikatnya. Para nelayan tradisional tidak melarang pihak kapal trawl beraktivitas. Asalkan aktivitas yang dilakukan sama-sama mematuhi aturan yang sudah ada alias tidak menganggu wilayah tangkap nelayan tradisional yang hasil tangkap dan peralatannya terbatas ini. Dan Ansari berharap, konflik antara nelayan tradisional dengan kapal trawl ini bisa segera diselesaikan dan tidak berbuntut panjang.
\"Atas insiden ini kami minta kepada pihak terkait siapapun pemangku kebijakan di daerah ini bisa mengambil peran. Konflik ini harus diakhiri. Karena jika tidak segera diselesaikan. Kita khawatir hal tersebut akan terulang kembali. Kami minta ada ketegasan dari pemerintah. Tolong aturan tentang wilayah tangkap itu benar-benar ditegakkan. Kami hanya ingin mencari nafkah sebatas kemampuan kami. Dan silahkan para nelayan kapal trawl itu beraktivitas. Asalkan kita sama-sama tahu batasannya dan tidak saling menganggu. Saya pun, sebagai nelayan juga pernah menjadi korban dan merasakan kerugian yang disebabkan ulah kapal trawl itu. Sekali lagi tolong pemerintah bisa tegas menyikapi masalah ini dengan serius,\" pintanya.
- Proses Hukum Ditangani Polda Bengkulu
SEMENTARA itu, Kapolsek Ketahun, Iptu Indro Witayuda Prawira, S.TK menerangkan, bahwa insiden berdarah yang melibatkan kubu nelayan tradisional dengan nelayan kapal trawl itu telah ditangani langsung oleh pihak Polda Bengkulu.
\"Dalam peristiwa ini kami (Polsek Ketahun) hanya fokus terhadap korban. Terkait proses penyidikan atau penanganan hukumnya telah ditangani langsung oleh pihak Polda Bengkulu. Termasuk laporan yang sempat disampaikan oleh salah satu nelayan tradisional kita dari Urai, yang sempat menjadi korban penembakan kita limpahkan ke Polres BU,\" ujar Kapolsek, saat ditemui di kantornya pada hari Sabtu, lalu.
Diterangkan Kapolsek, pada saat insiden berlangsung. Pihaknya hanya fokus kepada penyelamatan empat korban meliputi ABK kapal trawl dan satu nelayan korban tembak yang sempat dibawa ke RS Lagita.
\"Setelah kita pastikan korban mendapat pertolongan awal. Maka kita langsung dampingi seluruh korban ini dirujuk ke RS Bengkulu,\" terang Kapolsek.
Sementara ketika disinggung soal barang bukti (BB) seperti apa saja yang sempat pihaknya amankan, Kapolsek menegaskan, dalam insiden tersebut pihaknya tidak sempat mengamankan BB dalam bentuk apapun. Termasuk soal keberadaan senjata yang sempat digunakan oleh kubu ABK kapal trawl menyerang nelayan tradisional itu pun. Polisi, tidak mengetahui keberadaannya.
\"Tidak ada BB yang kita amankan. Karena waktu itu kita memang fokus kepada korban yang di evakuasi ke RS. Sementara kejadian di tengah laut. Dan sampai sekarang kita tidak tahu kemana senjata yang sempat digunakan para ABK untuk menembak nelayan tradisional itu,\" imbuhnya.
Di sisi lain Kapolsek, mengatakan. Meskipun pihaknya tidak sempat mengamankan BB berupa senjata yang digunakan pada insiden penembakan yang dialami oleh nelayan tradisional tersebut. Namun ia, menduga, jenis senjata yang digunakan merupakan senapan angin yang biasanya kerap digunakan untuk berburu babi. Dugaan itu muncul, setelah Kapolsek, sempat melihat bentuk proyektil peluru yang bersarang di kaki kanan korban.
\"Ini baru dugaan, sepertinya senjata yang digunakan semacam senapan angin yang biasa dibuat berburu babi. Karena bentuk peluru yang kita lihat dari rontgen kaki korban. Lekukan dan ukuran peluru yang kecil seperti peluru senapan angin. Lebih jelasnya kita belum dapat memastikan. Karena pada saat di RS Lagita, korban hanya diberi pertolongan pertama dan tindakan bedah untuk mengeluarkan peluru itu dilakukan di RS Bengkulu,\" tandas Kapolsek.
- RS Lagita Sebatas Berikan Pertolongan Pertama
DIREKTUR RS Lagita, dr. Andarias BP Tarigan, memastikan, tindakan medis yang dilakukan kepada empat korban atas insiden yang melibatkan nelayan tradisional dengan kapal Trawl itu hanya sebatas pertolongan pertama.
Bahkan Tarigan memastikan, saat dirujuk ke Bengkulu, proyektil peluru pada kaki korban belum dikeluarkan. Sehingga dalam konteks ini, Tarigan tidak dapat menjelaskan secara jelas bagaimana bentuk peluru yang bersarang pada kaki korban itu. \"Itu wewenang dokter bedah sekaligus hasil visum.
Kita belum ada dokter bedah. Sehingga kita rujuk kemarin. Kita hanya lakukan pertolongan pertama dengan memberi cairan, bekas luka benda tajam kita hecting. Setelah stabil baru kita rujuk,\" demikian Tarigan.
(tux/sig)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: